Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah akan menegosiasikan penurunan Bea Masuk (BM) kakao di negara tujuan ekspor untuk mendorong peningkatan ekspornya. "Penurunan BM dari RRC sudah kita dapatkan (ASEAN-China). Apakah di pasar lain bisa juga kita didapatkan fasilitas itu," kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu usai membuka Rapat Kerja Departemen Perdagangan, di Jakarta, Senin. Menurut dia, Depdag akan memfasilitasi perbaikan mutu produk kakao ekspor serta promosi ekspornya di luar negeri selain mengupayakan penurunan BM di pasar tujuan. Dalam pembahasan di Kantor Wakil Presiden beberapa hari lalu, menurut Mendag, masalah utama ekspor kakao adalah kualitas. Oleh karena itu, salah satu solusi yang akan dikerjakan pemerintah adalah peremajaan tanaman kakao yang terkena penyakit. "Perbaikan bibit dan pupuk juga akan dilakukan untuk memperbaiki mutu dan menghilangkan penyakitnya,"tutur Mendag. Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo), Zulhefi Sikumbang memperkirakan ekspor kakao Indonesia diprediksi mengalami penurunan 20 persen sampai akhir 2008 karena meningkatnya penyakit tanaman. Menurut dia, di beberapa daerah penghasil kakao seperti Sulawesi terjadi penurunan produksi sehingga ekspor kakao ke Amerika Serikat, Swiss, Federasi Rusia, Jepang, Norwegia dan Kanada juga menurun. Produksi kakao nasional selama 2008 diprediksi menurun dari 500 ribu ton menjadi sekitar 450 ribu ton. Indonesia merupakan produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading (1.276.000 ton) dan Ghana (586 ribu ton). (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008