Tbilisi, (ANTARA News) - Kota Gori di Georgia menghadapi serangan "gencar" dari artileri Rusia sementara pasukan darat, pesawat Rusia bersiap melancarkan satu serangan, kata jurubicara Kementerian Dalam Negeri Georgia, Senin. "Terjadi pemboman gencar terhadap Gori sepanjang malam dan sekarang kami menerima laporan mengenai serangan yang tak terelakkan oleh tank Rsuia," kata jurubicara Shota Utiashvili. seperti dilaporkan AFP. "Gori sedang menghadapi pemboman sengit dari udara dan dari senjata artileri juga," katanya. Gori, yang terletak sekitar 65 kilometer di sebelah barat-laut ibukota Georgia, Tbilisi, tepat berada di sebelah selatan perbatasan dengan wilayah Ossetia Selatan --yang telah menghadapi pertempuran sengit antara pasukan Georgia dan Rusia dalam beberapa hari belakangan. Itu adalah kota kecil terbesar di Georgia yang berada di dekat wilayah itu dan penghubungan strategis penting antara Georgia barat dan timur. Utiashvili mengatakan tentara Rusia sedang mempersiapkan serangan darat. "Mereka belum ada di sana, tapi kelihatannya mereka sedang mempersiapkan diri untuk itu," katanya. Ditambahkannya, pasukan Georgia melepaskan tembakan balasan ke posisi-posisi Rusia. Jurubicara bagi Kementerian Pertahanan Rusia yang dihubungi melalui telefon mengatakan ia tak dapat mengkonfirmasi atau membantah laporan tersebut. Militer Rusia memasuki Ossetia Selatan pekan lalu untuk mematahkan upaya Georgia guna menguasai kembali provinsi itu, yang memisahkan diri dari kekuasaan pusat dalam suatu perang pada awal 1990-an. Pesawat militer Rusia sejak itu telah membombardir sejumlah tempat di seluruh Georgia. Georgia telah menawarkan gencatan senjata dan pembicaraan perdamaian kepada Rusia, Ahad, setelah menarik tentaranya dari ibukota Ossetia Selatan, dan para penengah memulai satu misi guna mengakhiri pertempuran tersebut yang dikutuk masyarakat internasional. Namun sebagian pertempuran masih terjadi di berbagai wilayah Kaukasus itu, dan Rusia menuntut penarikan tanpa syarat Georgia. Menteri Luar Negeri Perancis Bernard Kouchner tiba di Tbilisi untuk memimpin satu tim penengah internasional, misi diplomatik tingkat tinggi pertama yang terbang ke wilayah tersebut dalam upaya menghentikan pertumpahan darah. Misi itu dijadwalkan melanjutkan perjalanan ke Moskow, Senin. Setelah pertemuan dengan Presiden Georgia Mikheil Saakashvili, Kouchner mengatakan "penarikan tentara secara terkendali" adalah prioritas utamanya. "Kembali ke meja, perundingan, pembicaraan, penyelesaian politik. Itu lah. Mudah untuk dikatakan, sangat sulit untuk dilaksanakan," kata Kouchner kepada wartawan di Tbilisi. Amerika Serikat mempertahankan kecaman kerasnya terhadap Rusia, dan mengutuk aksi militer Moskow "yang tak sesuia dan berbahaya". Tank dan tentara Rusia menguasai Tskhinvali, ibukota wilayah itu yang porak-poranda, Ahad pagi, setelah pertempuran tiga-hari. Moskow menyatakan 2.000 warga sipil tewas dan ribuan orang kehilangan tempat tinggal dalam satu "bencana kemanusiaan". Belum ada konfirmasi terpisah mengenai jumlah korban tewas dan cedera di seluruh wilayah itu. Konflik yang bergolak tersebut antara Rusia dan mantan tetangganya yang kecil dalam Uni Sovyet, Georgia, meletus Kamis malam, ketika Georgia mengerahkan pasukan ke dalam wilayah Ossetia Selatan, provinsi kecil pro-Rusia yang memisahkan diri dari kekuasaan Georgia pada 1990-an.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008