Jakarta (ANTARA News) - Menneg BUMN Sofyan Djalil mengatakan awal September 2008 PT Merpati Nusantara Airline (Merpati) harus telah berkantor di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), sebagai bagian restrukturisasi perusahaan. "Pindah ke Makassar karena 80-90 persen aktivitas atau pelayanan Merpati berada di Indonesia bagian timur," kata Menneg BUMN Sofyan Djalil, usai menutup Pertandingan Olah Raga BUMN (POR BUMN), di Kantor Kementerian, Jakarta, Minggu. Dijelaskannya, pemindahan kantor operasional terkait keputusan pemerintah melakukan penyehatan kinerja keuangan sehingga kegiatan dan layanan bisa lebih fokus. Dijelaskan, pemerintah memutuskan memberi suntikan dana kepada Merpati Rp300 miliar, di mana sebanyak Rp223 miliar digunakan untuk pengurangan karyawan (layoff) dalam program "golden shakehand" terhadap sekitar 1.300 karyawan. Sisa dari suntikan dalam bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN) dari APBN 2008 itu akan digunakan untuk modal kerja, dan pembayaran pajak terutang. "Pegawai Merpati saat ini terlalu banyak dengan rasio 1 pesawat sekitar 100 orang karyawan. Idealnya satu pesawat sebanyak 40 orang karyawan saja," katanya. Program "layoff" tersebut nantinya akan menyisakan sekitar 800 orang karyawan meliputi sekitar 500 orang yang berhubungan langsung dengan operasi penerbangan, sedangkan sisanya ditempatkan di administrasi dan Merpati Maintenance Center. Jumlah pilot saat ini yang mencapai sekitar 300 orang sebagian dikurangi dengan cara ditraining ulang di PT Garuda Indonesia untuk disalurkan menerbangkan pesawat Garuda yang memang bisnis usahanya terus berkembang. Menurut catatan, Merpati saat ini mengoperasikan 37 pesawat dari berbagai tipe yakni 22 pesawat jet dan 15 jenis "propeller". "Merpati hanya mengoperasikan jenis pesawat "propeller" (baling-baling), sedangkan jenis jet hanya pesawat yang merupakan kerjasama dengan Pemda-Pemda. Kalaupun ada pesawat jet (ukuran/badan besar) akan dikembalikan kepada "lessor" (perusahaan leasing)," Sofyan Djalil. Ia berpendapat, kalau program layoff, pemindahan kantor operasional, operasi pesawat jenis baling-baling dengan rencana bisnis yang baru dijalankan direksi baru maka Merpati mulai bulan Oktober 2008 kinerja diproyeksikan bisa positif. Lebih lanjut dijelaskan, selanjutnya proses restrukturisasi Merpati akan diserahkan kepada PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA). "PPA sesuai pengalamannya kita harapkan menjadi "dokter" bagi Merpati," katanya. Terkait PMN kepada Merpati melalui APBN 2007 sebesar Rp450 miliar yang telah diterima tahun lalu, Sofyan Djalil menjelaskan, karena waktu itu keputusan suntikan dana terlambat. "Keputusan waktu itu tidak cepat dan tidak tepat dibuat," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2008