SDM unggul juga jadi ladang subur bagi tumbuhnya usaha pemula (start up)

Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Perusahaan Jasa TKI (Apjati) mengapresiasi pidato pelantikan Presiden Joko Widodo yang menjadikan pembangunan SDM sebagai prioritas utama.

"Visi Presiden membangun SDM yang pekerja keras, dinamis. terampil, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan pilihan tepat karena hanya dengan SDM unggul suatu bangsa bisa maju dan mampu bersaing dengan negara lain," kata Ketua Umum Apjati Ayub Basalamah di Jakarta, Senin.

Ayub menyatakan di samping sumber daya alam (SDA) yang melimpah, Indonesia juga dianugerahi SDM yang juga berlimpah. Indonesia merupakan negara yang berpenduduk keempat terbesar di dunia dengan komposisi penduduk usia produktif (muda) yang semakin dominan.

Peningkatan kualitas SDM, baik dari segi pengetahuan (terdidik) maupun ketrampilan (skill) yang semakin baik akan menjadi sumber devisa yang besar bagi negara.

Baca juga: Apjati harapkan penempatan PMI ke Saudi mulai September

"SDM yang berkualitas dan memenuhi kebutuhan kerja di dalam negeri. Perusahaan dalam dan luar negeri akan mendapatkan pekerja terdidik dan trampil. Tidak hanya jadi pekerja, SDM unggul juga jadi ladang subur bagi tumbuhnya usaha pemula (start up) sehingga mereka mampu mandiri, bahkan membuka peluang kerja bagi anak bangsa," ujar Ayub.

Ketika ditanya 267 jutaan penduduk, dengan angkatan kerja yang begitu besar, apakah akan terserap semua di dalam negeri, Ayub mengatakan Indonesia sudah lama menjadi penyedia jasa kerja unggul di manca negara.

Ia menunjuk kota-kota besar di Malaysia yang dibangun oleh tangan-tangan trampil pekerja Indonesia, begitu juga dengan di Arab Saudi. "Perusahaan-perusahaan di Korea sudah lama menggunakan pekerja Indonesia untuk menggerakkan pabrik-pabrik mereka, begitu juga dengan di Malaysia untuk pabrik dan perkebunannya," ucap Ayub.

Begitu juga di negara-negara di timur tengah yang banyak perusahaannya menggunakan jasa pekerja Indonesia.

Di sisi lain Ayub mengingatkan bahwa pekerja sukses adalah pekerja yang urusan rumah tangganya sudah teratasi. Dia mencontohkan, seorang pekerja atau eksekutif muda tidak akan bisa konsentrasi menghadapi permasalahan kantor jika bayinya, orang tua, keluarga yang sakit tidak ada yang mengurusnya.

Oleh karena itu tidak heran jika permintaan penata laksana rumah tangga atau care giver semakin tinggi permintaannya di negara maju. "Konsep keluarga batih (keluarga inti) yang banyak terjadi di negara-negara maju menjadikan kepengurusan rumah tangga beralih dari kerabat ke profesional," kata Ayub.

Selama ini Indonesia menikmati masuknya devisa dari pekerja di luar negeri persemester ini saja sekitar Rp12 triliun lebih. "Jika SDM kita dididik dan ditingkatkan ketrampilannya dan pasar kerja di luar negeri dibuka lebih lebar maka angka itu akan meningkat berlipat-lipat, tidak saja mensejahterakan keluarga pekerja migran, tetapi juga sebagai sumber pendapatan bagi negara, dan yang utama memberi kerja kepada anak negeri," ujar Ayub.

Ia mencontohkan, lulusan luar negeri dengan lulusan sekolah atau universitas dalam negeri selalu lebih unggul, baik dari sisi pengetahuan, ketrampilan juga kemandirian. "Begitu juga dengan pekerja di manca negara. Mereka lebih trampil dan mandiri, serta bisa menularkan pengetahuannya untuk kemajuan bangsa," demikian Ayub.

Baca juga: Menegakkan benang basah penempatan PMI ke Saudi

Pewarta: Erafzon Saptiyulda AS
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019