New York, (ANTARA News) - Harga minyak mentah anjlok lebih dari empat dolar per barel Jumat karena menguatnya dolar AS terhadap euro menyusul munculnya kekhawatiran mengenai resesi di kawasan euro. Kontrak utama minyak jenis ringan untuk pengiriman September di New York anjlok 4,82 dolar untuk ditutup menjadi 115,20 dolar per barel. Selama sepekan, kontrak berjangka anjlok hampir 10 dolar per barel. Secara keseluruhan, kontrak di New York meluruh lebih dari 32 dolar per brel sejak menyentuh rekor tertinggi 147,27 dolar pada 11 Juli. Di London, kontrak berjangka minyak Laut Utara brent untuk pengiriman September turun 4,53 dolar untuk bertahan di 113,33 dolar per barel. Harga mionyak pada Kamis sempt merangkak, setelah selama tiga hari kehilangan puncak, namun kembali turun JUmat setelah Italia mejadi negara pertama di kawasan euro yang mengumumkan perekonomiannya mengalami kontraksi pada kuartal kedua. "Berita buruk bagi Eropa menjadi berita bagus bagi dolar dan turunnya harga komoditas," kata analis Alaron Trading, Phil Flynn. Euro tergelincir di bawah 1,50 dolar untuk pertama kalinya dalam lebih dari lima bulan terakhir. Mengutnya dolar membuat harga barang di AS menjadi lebih mahal untuk para pemegang mata uangyanglebi lemah. Dolar juga mendapat dukungan asegar dari prospek kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral Eropa, kata para pedagang. Harga minyak meluruh lebi dari 20 persen dalam sejak menyentuh rekor tertinggi di atas 147 dolar per barel pada 11 Juli. Sementara itu, Irak menyatakan akan melanjutkan aktivits eksplorasi setelah tertunda lebih dari 20 tahun karena sanksi PBB. Irak mengharapkan cadangan minyak yang terbukti mencapai dua kali lipat. Negara itu juga ingin ada kenaikan 500.000 barel per hari dari rata-rata produksi saat in 2,5 juta barel per hari, setara dengan produksi sebelum invasi yang dipimpin AS Maret 2003. Harga minyak dunia, Kamis, merangkak menuju 120 dolar per barel karena kabar bahwa jaringan pipa dari Asia Tengah ke Barat akan tetap terhenti sekitar 15 hari setelah ledakan baru-baru ini. Jumat, kelompok Kurdi mengklaim bertanggung jawab untuk peledakan jaringan Baku-Tbilisi-Ceyhan di Timur Laut Turki, Selasa, yang diperkirakan menyebabkan jaringan pipa itu berhenti lebih dari dua pekan. "Pasar kini lebi fokus pada dolar. Minyak tidak lagi dilihat dari faktor geopolitik dan melambannya permintaan," kata Flynn. "Beberapa pekan lalu ketika suasana hati pasar sedang menanjak, harga minyak mungkin naik kaena berita jarigan pipa ini namun kekhawatiran mengenai pasokan kurang berdampak ketika fokus dan suasana hati didasarka pada melambannya permintaan." (*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008