Cirebon (ANTARA News) - Munawar (42) yang mendapatkan anak kembar tepat Jumat, pukul 08.00 WIB di Rumah Sakit Gunungjati Kota Cirebon, masih bingung memikirkan nasib anak ketiganya yang tidak bisa mendapat Ijazah SD dan Nilai UAN karena belum membayar uang perpisahan yang dipatok sekolahnya. Di sela-sela kebahagiaannya menerima bingkisan dari DPD Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Cirebon, di ruang bersalin RSUD Gunungjati Cirebon, Jumat, ia menceritakan, anaknya tidak melanjutkan sekolah SMP karena dirinya tidak mempunyai biaya. "Anak saya sekarang kerja sebagai buruh rotan di Grage, dan uang hasil kerjanya nanti akan dikumpulkan untuk menebus ijazah dan Nilai UAN yang ditahan pihak sekolah," kata Munawar yang hanya bekerja sebagai kuli bangunan jika ada yang memberinya pekerjaan. Ia menjelaskan, anaknya yang sekolah di SD Kali Tengah I, Desa Kalitengah, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, tidak bisa mengambil kedua dokumen penting itu karena belum melunasi biaya perpisahan sekolah sebesar Rp75.000. "Padahal anak saya itu sengaja tidak ikut acara perpisahan karena tidak ada uangnya, tetapi ketika ke sekolah untuk mengambil ijazah dan NEM ternyata ditagih uang itu, dan tidak akan diberikan kalau belum melunasi uang itu," katanya. Di tengah himpitan kemiskinan itu, Munawar yang sekarang mempunyai tujuh putra hanya mampu menyekolahkan anak-anaknya paling tinggi sampai SMP, dan anak yang ketiga hanya sampai SD. Oleh karena itu, karena takut tidak bisa memberikan makanan yang cukup dan pendidikan yang layak kepada anak kembarnya itu, dirinya menawarkan salah satu anaknya untuk diadopsi. "Atas saran mertua dan pertimbangan biaya mengurus anak, saya relakan salah satu anak saya ini untuk diadopsi," katanya.Istri Munawar, Ernengsih (38) melahirkan anak kembar, Jumat, masing-masing pukul 08.00 dan 08.08 dari persalinan normal. Kedua anak kembar tersebut merupakan anak ke-6 dan ke-7 pasangan tersebut. Menurut Siti Rudingah, bidan yang membantu proses kelahiran, sebenarnya ada empat ibu yang akan melahirkan pada hari Jumat ini dan semuanya dijadwalkan pada siang hari, namun tiba-tiba "pembukaan" Ibu Erningsih sudah cukup besar pada pagi hari dan melahirkan yang pertama tepat pukul 08.00. "Saya juga tidak tahu kalau bayi itu sangat ditunggu oleh PKS karena lahir di jam 8, tanggal 8, bulan 8 dan tahun 2008. Bagusnya lagi bayi yang kedua lahir jam 8 lewat 8 menit," katanya. Karena belum mempunyai nama, Munawar mempersilahkan Ketua DPD PKS Agus Talik untuk memberikan nama, dan munculah nama Mohamad Adli artinya Mohamad yang bersikap adil untuk anak yang lahir pukul 08.00 dan Mohamad Saman artinya Mohamad yang lahir pada angka 8 yaitu lahir pukul 08.08. Kedua bayi itu mendapat bingkisan berupa perlengkapan bayi yang diterima dengan rasa haru karena pasangan itu merupakan keluarga tidak mampu. Menurut Agus Talik, kegiatan ini merupakan sosialisasi partainya yang mendapat nomor urut 8 pada Pemilu 2008 sehingga kemunculan angka 8 yang berturut-turut mulai jam, tanggal, bulan dan tahun pada Jumat ini menjadi salah satu momentum untuk mengingatkan semua masyarakat bahwa PKS mempunyai nomor 8.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008