Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antar bank Jakarta, Jumat pagi, melemah karena tertekan berbagai faktor negatif yang muncul di pasar, sehingga posisinya jauh di atas angka Rp9.100 per dolar AS. "Sejumlah faktor negatif yang mendorong pelaku pasar melepas rupiah dan membeli dolar AS memicu mata uang Indonesia terpuruk," kata Dirut Finance Corpindo Nusa, Edwin Sinaga, di Jakarta, Jumat. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 50 poin jadi Rp9.155/9.160 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.105/9.114 per dolar AS. Edwin mengatakan, faktor negatif yang menekan rupiah antara lain pembelian dolar AS dalam jumlah besar oleh BUMN, seperti Pertamina dan PLN. Pertamina dan PLN membutuhkan dolar AS untuk membayar utang yang sudah jatuh tempo, katanya. Selain itu inflasi yang tinggi juga masih menakutkan pelaku pasar maupun asing agar berhati-hati bermain di pasar uang domestik. Meski demikian kondisi ini tidak berlangsung lama, apalagi pemerintah melalui Bank Indonesia menekankan bahwa inflasi akan kembali membaik setelah pada Juli lalu membaik menjadi 1,37 persen dari bulan lalu yang mencapai 2,46 persen. Rupiah tetap berpeluang untuk bisa naik kembali apabila dana parkir pengusaha Indonesia yang berada di luar negeri masuk ke pasar domestik dalam jumlah yang besar. Kenaikan bunga BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 9,00 persen juga akan memicu pengusaha asing meningkatkan portofolio investasinya di dalam negeri, ucapnya. Rupiah memang membutuhkan waktu untuk mencapai angka Rp9.000 per dolar AS, karena sejumlah faktor positif yang terlihat masih belum semua masuk ke pasar domestik. "Kami optimis rupiah akan dapat mencapai angka Rp9.000 per dolar AS bahkan bisa menembus asalkan faktor positif muncul di pasar domestik," ucapnya. (*)
Copyright © ANTARA 2008