Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar bank Jakarta, Kamis sore, tetap melemah karena pelaku pasar aktif membeli dolar AS, terutama BUMN, guna membayar hutangnya kepada kreditor asing. Pengamat pasar uang Edwin Sinaga di Jakarta, Kamis, mengatakan, besarnya kebutuhan dolar AS oleh BUMN yang kemudian diikuti masyarakat lokal mengakibatkan rupiah merosot. Nilai tukar rupiah melemah 37 poin menjadi Rp9.100/9.105 per dolar AS dibanding penutupan sebelumnya Rp9.063/9.087. Meski demikian, rupiah dinilai tetap positif dan masih berpeluang untuk menguat lagi hingga mencapai angka Rp9.000 per dolar AS, katanya. Rupiah hanya tinggal menunggu waktu untuk bisa mencapai angka Rp9.000 per dolar AS melihat kondisi pasar yang masih positif, setelah Bank Indonesia menaikkan bunga BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 9,00 persen. Selisih bunga rupiah terhadap dolar AS yang tinggi juga merupakan faktor utama yang memicu asing untuk meningkatkan portofolio investasinya di Indonesia, tuturnya. Investor asing, lanjut dia menilai Indonesia tetap merupakan pasar potensial yang memberikan keuntungan lebih besar ketimbang pasar Asia lainnya. Karena itu, minat meningkatkan portofolio investasi semakin besar. "Kami optimis apabila asing meningkatkan investasi di instrumen Bank Indonesia (BI), maka mata uang Indonesia positif akan kembali menguat," katanya. Masuknya dana pengusaha Indonesia yang parkir di luar negeri juga dinilainya memberikan nilai tambah terhadap penguatan rupiah. Jadi peluang rupiah untuk bisa mencapai angka Rp9.000 per dolar AS hanya menunggu waktu saja, ujarnya. Ia mengatakan, Bank Indonesia (BI) sebelumnya menginginkan rupiah berada di bawah angka Rp9.200 per dolar AS berkisar antara Rp9.150-Rp9.175 per dolar, bahkan kalau memungkinkan menembus angka Rp9.100 per dolar AS. Menurut dia, BI akan tetap menjaga rupiah agar tidak berada diluar koridor yang ditentukan. Apalagi, BI memiliki cadangan devisa yang cukup besar.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008