Jakarta (ANTARA News) - Bagaimana caranya meneliti material berukuran nanometer atau sepermiliar meter?Peneliti Pusat Teknologi Material BPPT Dr Eng Ratno Nuryadi bisa menciptakan mikroskop untuk melihat struktur materi renik tersebut."Untuk melihat struktur materi seukuran nano atau 10 pangkat minus sembilan meter, perlu perlengkapan khusus yang tak ada di Indonesia. Alat itu hanya bisa diimpor dengan harga satu unitnya mencapai sekitar Rp2-3 miliar," kata Ratno yang menjadi pemenang Pemilihan Peneliti Muda Indonesia (PPMI) XIV bidang Ilmu Pengetahuan Teknik dan Rekayasa.Prihatin atas kondisi itu, Ratno yang memenangkan penghargaan PPMI dengan makalah berjudul "Manufactur Atomic Force Microscope (AFM) dan Aplikasinya pada Nanoteknologi" itu kemudian menciptakan mikroskop material renik yang disebut AFM (Atomic Force Microscope)."Ini adalah mikroskop nano pertama yang diciptakan di Indonesia dengan modal sekitar Rp50 juta saja dan dibuat dengan bahan-bahan sederhana," kata pria kelahiran Bantul 17 Oktober 1973 itu sambil berpromosi usai menerima penghargaan dari Kepala LIPI Umar A Jenie serta uang tunai Rp25 juta. Mikroskop nano itu, urainya, bukan mikroskop biasa, karena menggunakan teknologi peraba materi seperti jarum yang akan menyusuri struktur materi dan kemudian menampilkan strukturnya di layar komputer dengan menggunakan software tertentu. Cara kerjanya mirip perlengkapan mikroskop nano yang ada di dunia. Ditanya soal kehandalan alatnya, ia mengatakan, mikroskopnya itu prinsipnya sudah bekerja secara normal, namun secara teknis perlu dioptimalisasi lagi agar penampilannya lebih baik. Nanoteknologi, jelasnya, merupakan teknologi yang sedang berkembang pesat di dunia karena materi yang disusun dengan teknologi nano akan memiliki karakter dan fungsi berbeda dengan materi yang tersusun tanpa teknologi nano.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008
kalao gini jadi males deh...
harusnya pemerintah lebih serius dengan potensi bangsanya sendiri,dengan para ilmuan yang ada sekarang. pantes aja banyak ilmuan indonesia yang lari ke bangsa tetangga karena di sana mereka lebih terjamin hidupnya, contoh nyata adalah tetangga saya orang jogja, dia sekarang jadi ahli kelautan di Brunei. bukunya yg udah diterbitkan adalah Al-Quran dan lautan penerbit Jawa Pos
Saya yakin banyak peneliti yang bisa mengembangkan potensinya, terlebih lagi bila didukung oleh pemerintah.
Tapi sayangnya, biaya R&D di Indonesia dianggap sebagai prioritas ke 1001. Biaya pendidikan saja mahal, bagaimana bisa mencetak peneliti peneliti seperti Dr Ratno ini.
Mustinya pemerintah berpikir cerdas dan mempunyai visi mengembangkan SDM Indonesia sehingga dlm beberapa dekade bisa mengungguli negara maju.
Aniwei, bravo untuk Dr Ratno Nuryadi...
note:hati2 dibajak penemuannya
hebat.. kita semua mendukung.. semoga semua peneliti kita tetap bersemangat dalam berkarya demi kemmajuan bangsa kita ini..
semoga Alloh SWT menganugerahi keberkahan dan rezeki anda dari tempat yang tidak terduga2. aamiin ya rabbal \'alaamiin