Paling menyibukkan dalam koordinasi adalah beberapa komoditi yang paling ruwet seperti beras, gula dan daging. Kadang-kadang persoalan bawang putih dan telur

Jakarta (ANTARA) - Cuaca sore hari di sekitar Gedung Ali Wardhana, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, pada Jumat sore (19/10), terlihat mendung dan terasa berangin.

Namun, suasana yang "dingin" tersebut tidak merasuk hingga ke di lantai 3 gedung yang mengambil nama dari salah satu begawan ekonomi Indonesia ini.

Situasi hangat dan penuh gelak tawa, justru mewarnai kegiatan diskusi di tempat itu yang bertemakan "Ngopi Teko" atau Ngobrol Pinter Tentang Ekonomi.

Diskusi itu seakan sekaligus menjadi ajang perpisahan yang manis bagi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dengan para kolega dan termasuk para pewarta media nasional.

Dalam acara itu, meski Darmin sempat memaparkan capaian ekonomi Indonesia dalam lima tahun terakhir, namun para jurnalis justru bertanya mengenai kesan Darmin selama menjadi pejabat menteri.

Selama ini, para pemburu informasi mengenal pria kelahiran 21 Desember 1948 itu, sebagai pribadi yang kebapakan, bijak, mengayomi dan seorang ekonom senior dalam bidang fiskal, moneter maupun riil.

Beberapa di antaranya mengagumi keahlian Darmin terkait kondisi di pasar keuangan dan proyeksi ekonomi yang mendekati akurat dengan pencapaian aslinya.

Maklum saja, Darmin memiliki pengalaman luas dalam memimpin sebuah lembaga, diantaranya sebagai Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan pada periode 21 April 2006 hingga 27 Juli 2009.

Darmin juga pernah menjabat Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia pada 27 Juli 2009 hingga 1 September 2010 dan menjadi Gubernur Bank Indonesia periode 1 September 2010 hingga 23 Mei 2013.

Suami Salsia Ulfa Sahabi Manoppo ini kemudian masuk pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai Menko Perekonomian pada 12 Agustus 2015 menggantikan Sofyan Djalil.

Untuk itu, pada masa akhir jabatannya, media lebih tertarik mencari sisi lain Darmin yang tercatat masih mengadakan rapat koordinasi mengenai pendidikan vokasi dan soal beras pada Selasa (15/10).

Baca juga: Darmin: Persoalan harga komoditas jadi tantangan pada awal menjabat
Baca juga: Darmin sebut defisit neraca perdagangan masih jadi tantangan besar


Harga komoditas

Pada kesempatan ini, Darmin bercerita persoalan tingginya harga komoditas menjadi tantangan yang harus dihadapi pada periode awal ketika mulai mengemban amanah sebagai pejabat menteri.

"Paling menyibukkan dalam koordinasi adalah beberapa komoditi yang paling ruwet seperti beras, gula dan daging. Kadang-kadang persoalan bawang putih dan telur," kata pengagum bunga anggrek ini.

Darmin mengakui sempat kesulitan dalam menangani masalah itu karena tidak adanya data mengenai produksi pangan yang memadai atau data soal luas lahan tanam yang tepat untuk mengambil keputusan secara benar.

"Intinya memang di Pertanian, dan permasalahannya soal data, kita jarang sepakat. Kalau data tidak disepakati, kesimpulannya lain-lain. Yang satu bilang (stok) kurang, di tempat lain, panennya banyak," kata Darmin yang sebelum menjadi birokrat sempat lama menjadi peneliti.

Padahal kebutuhan data tersebut, yang telah terpenuhi melalui kebijakan satu peta yang dapat diakses melalui portal BIG, pada waktu itu dibutuhkan, salah satunya untuk pemberian alokasi subsidi pupuk.

"Soal lahan ini dulu sulit disepakati padahal pengaruhnya ke subsidi pupuk. Kalau luas lahan turun, tiba-tiba (subsidi) bisa dipotong (menteri keuangan) bu Ani (Sri Mulyani)," katanya.

Tidak mengherankan, apabila kebijakan yang harus diambil tidak populis yaitu menyiagakan pasokan pangan melalui impor.

"Saya harus mengakui sering pasang badan, begitu kesimpulan impor, habis saya dicaci maki republik ini," ujar kakek dengan enam cucu ini.

Meski demikian, upaya itu membuahkan hasil karena stabilitas harga pangan terjaga dalam empat tahun terakhir dan laju inflasi selama periode pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla rata-rata sebesar 3,0-3,5 persen.

"Belum pernah republik kita menikmati stabilitas ini dalam lima tahun. Itu jangan anggap remeh. Kita tidak pernah merasakan yang dialami AS dan Eropa. Di sana harga barang tahun ini dan tahun lalu sama. Tidak perlu mengecek setiap bulan, karena inflasinya hanya kisaran 1,5 persen. Kita seharusnya menuju ke sana," ujarnya.

Baca juga: Darmin akui sempat kesulitan dalam menjalankan tugas koordinasi
Baca juga: Darmin sebut kualitas pertumbuhan ekonomi membaik lima tahun terakhir


Koordinasi menteri

Tidak hanya harus menangani persoalan naiknya harga kebutuhan pangan, namun masalah koordinasi dengan para menteri terkait juga merupakan hambatan tersendiri.

Darmin mengakui sempat kesulitan dalam melakukan tugas koordinasi yang penuh tantangan karena harus mampu berlaku bijak dan sabar terhadap para menteri bidang ekonomi.

"Koordinasi itu memang susah, dan harus wise. Kadang-kadang injek kaki, kadang-kadang kita harus elus-elus punggungnya," kata Darmin yang sempat menjadi pimpinan bank sentral untuk menggantikan posisi Miranda Goeltom.

Darmin bahkan sedikit "pasrah" apabila dalam rapat koordinasi, pejabat yang diharapkan hadir untuk membahas persoalan penting justru tidak hadir, salah satunya Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono.

"Menteri PUPR sebetulnya yang paling susah hadir, tapi memang beliau ke lapangan mendampingi Presiden, dan anak buahnya yang dikirim. Tapi tidak masalah, karena wisdomnya begitu," kata Darmin.

Ia juga bercerita pernah berbeda pendapat dengan Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto mengenai keputusan Kendal, Jawa Tengah sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) meski akhirnya persoalan tersebut dapat diselesaikan tanpa debat berkepanjangan.

"Kita akhirnya selesai tanpa rame-rame, akhirnya simple, kita buat industri apa yang boleh dan tidak boleh, sampai kepada industri berorientasi ekspor dan subtitusi impor dan high tech," ujar mantan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan, cikal bakal Bapepam LK, ini.

Berbagai hal itu dimaklumi, karena merupakan dinamika dalam melaksanakan tugas dan setiap orang mempunyai perilaku berbeda-beda, apalagi individu tersebut adalah pejabat menteri yang mempunyai beban pekerjaan tersendiri.

"Saya tidak pernah memasang harga tinggi, harus menterinya (yang datang). Harus sabar-sabar saja. Tapi apapun itu, tetap jalan kok, barangkali ada saatnya pasang badan, ada kalanya juga jaga perasaan," kata pria yang sukses menjalankan kebijakan sunset policy ketika menjabat sebagai Dirjen Pajak.

Menko Perekonomian akui SDM Indonesia tertinggal

Testimoni

Dalam acara ini, juga hadir menteri-menteri bidang ekonomi yang selama ini berada dalam koordinasi Darmin dan ikut memberikan testimoni seperti Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto.

Selain itu, ikut hadir Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf.

Dalam testimoninya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto sudah menganggap Darmin sebagai bapak sendiri, apalagi Darmin pernah bekerja sebagai anak buah Hartanto Sastrosoenarto.

Ketua Umum Partai Golkar ini bahkan mengatakan Darmin seperti orang Jawa karena mempunyai perasaan yang halus meski berasal dari Mandailing Natal, Sumatera Utara.

"Jadi saya takut kualat. Beliau seperti ayah saya. Saya ikuti karena beliau lebih halus dari saya yang Jawa, bahkan ayah saya lebih Batak dari pak Darmin," seloroh Airlangga.

Sebelumnya, Darmin pernah tercatat sebagai Asisten Menteri Koordinator Industri dan Perdagangan Hartanto Sastrosoenarto yang notabene merupakan ayah dari Airlangga.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono yang disebut jarang menghadiri rapat koordinasi, juga memberikan respek terhadap Darmin.

"We love you, opung," kata sang drummer "Elek Yo Band" yang dalam kesempatan ini lebih banyak melucu dan memancing gelak tawa rekan media.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan Darmin merupakan sosok yang sangat humble dan baik hati karena tidak pernah mempunyai pikiran yang jelek dalam menjalankan tugas sebagai pejabat.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini juga mengakui Darmin bertangan dingin untuk menyelesaikan masalah karena berpengalaman dalam menangani berbagai persoalan ekonomi sejak era Presiden Soeharto.

Selama ini, ia menambahkan, kerja sama, komunikasi dan koordinasi dengan Darmin juga telah terjalin dengan baik, meski dirinya tidak sering menghadiri rapat koordinasi karena ada keperluan lain.

"Kita saling respek dan menjaga teamwork, kalau ada keterbatasan, bukan berarti keputusan tidak bisa dibuat. Mohon maaf kalau saya tidak hadir di rapat. You're the wisest person in the world. Kita kehilangan," kata Sri Mulyani yang mengenal Darmin sejak berkarir di LPEM FE-Universitas Indonesia.

Suasana yang sempat haru itu berakhir, seiring dengan tibanya adzan Maghrib, dan sesi itu ditutup dengan foto-foto bersama para pejabat menteri dengan para pewarta media.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2019