Jakarta (ANTARA) - Bisnis kosmetik bisa dibilang sangat menjanjikan seiring dengan kian maraknya tren produk perawatan kulit (skincare) dan riasan (make-up) di Indonesia.
Rupanya tak sulit jika ingin membuat merek kosmetik sendiri. CEO PT Urban Indo Manufaktur, Maharani Kemala mengatakan saat ini ada pabrik yang bisa membantu pelaku usaha memiliki label produk kosmetik sendiri.
"Kalau dulu sulit, saya waktu mau maklon ke orang harus siap Rp1 miliar lalu dokumen-dokumen harus diurus sendiri. Berkaca dari pengalaman itu, sekarang saya ingin membantu anak-anak muda yang mau bisnis kosmetik, di Urban bisa maklon lengkap dengan pengurusan lisensi BPOM, sertifikasi Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB), Halal OEM, hingga ke proses ISO dan hak kekayaan intelektual (HAKI) dibantu," kata Maharani di Jakarta pada Sabtu.
Tahapan yang harus disiapkan jika ingin memiliki label kosmetik sendiri, kata Maharani adalah menyiapkan logo dan nama merk.
"Setelah itu kita yang urus semua soal dokumen-dokumen termasuk daftar hak paten. Tinggal bikin logo sama nama, serahkan ke kita, request bahan aktif apa aja, mau seperti apa kosmetiknya," kata Maharani.
Setelah itu memilih kemasan dan Urban akan membantu pendistribusian produk."
Budget minimal pembuatan merek kosmetik berkisar Rp300 juta untuk 10.000 item produk dengan berbagai variasi mulai dari skincare, produk perawatan tubuh (body care) , rambut (hair care) seperti pomade hingga kosmetik seperti lip tint.
"Khusus untuk pameran Cosmobeaute di JCC mulai 17 sampai 19 Oktober kita menerima minimum order 500 pieces sekitar Rp15 jutaan," kata pengusaha muda berusia 30 tahun tersebut.
Maharani mengatakan harga produk akan bergantung pada pilihan kualitas bahan aktif produk dan kemasan.
"Semakin bagus bahan aktif yang diinginkan dan kemasan semakin premium ya produknya semakin mahal. Namun jika produknya isinya bahan aktif yang biasa dan kemasannya enggak impor ya bisa dapat yang murah, contohnya serum pemutih bisa Rp20.000-an, " kata Maharani.
Maharani melanjutkan, bahan produk kosmetik dia dapat dari luar negeri, utamanya Korea Selatan karena di Indonesia masih ketinggalan soal teknologi pengolahan bahan baku.
"Sebenarnya di Indonesia semua bahan sudah ada misalnya Moringa, kunyit atau apa itu banyak, cuma kita belum ada teknologi untuk memecah molekul si bahan baku ini menjadi sekian nano sehingga bisa diaplikasikan ke tubuh manusia," katanya.
Skincare diprediksi masih akan merajai penjualan produk kecantikan di Tanah Air.
"Pasalnya orang Indonesia masih mendambakan kulit putih, mereka enggak ngerti kalau dasarnya kulit Indonesia sama orang Korea misalnya itu kan beda. Tak ada produk yang sudah dapat lisensi BPOM itu bisa bikin kulit langsung putih. Namanya skincare hanya bisa merawat, semakin sering dirawat maka semakin bersih dan sehat," katanya.
Baca juga: Hyaluronic Acid tetap jadi tren skincare
Baca juga: Ingin wajah bersinar? Pakai krim perawatan saja belum cukup
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019