Beijing (ANTARA News) - Salah satu kekuatan bulutangkis dunia, Denmark, berencana membuat kejutan di Olimpiade Beijing dalam menghadapi raksasa Asia yang mencengkeram olahraga tersebut. Denmark telah menyaksikan negara kuat bulutangkis di Asia, yakni China, Indonesia dan Malaysia, semakin kuat dalam tahun-tahun terakhir, sementara popularitas olahraga ini di negara tersebut semakin berkurang. "Jika kita lihat turnamen-turnamen besar, China akan punya sedikitnya dua pelatih per event," kata pemimpin tim Denmark, Finn Traerup-Hansen, pada AFP. "Dalam hal energi dan sumber daya untuk membuat lebih baik, kami selalu berada di bawah tekanan, kami perlu bekerja siang dan malam. "Bulutangkis pernah menjadi olahraga terbesar kedua di Denmark, setelah sepak bola, tetapi kini sudah tidak lagi. "Kami kehilangan hampir 4.000 anggota (di tingkat klub) setiap tahun ke olahraga lainnya," katanya. Denmark memenangi medali perunggu di Olimpiade Athena, satu perak di Sydney dan emas pada tunggal putra di Atlanta. China, sebagai pembanding, merebut tiga medali emas di Athena, empat emas di Sydney dan satu di Atlanta. Dengan Olimpiade di kandang sendiri kali ini dan sesumbar dengan pebulutangkis-pebulutangkis terbaik seperti juara dunia dunia Lin Dan pada tunggal putra dan peringkat satu dunia Xie Xingfang pada putri, China kembali akan mendominasi. Namun Traerup-Hansen mengatakan, ia mengangankan peluang Denmark untuk menciptakan kemenangan, memilih juara Eropa Kenneth Jonassen, yang menjadi unggulan kelima di sini. Jonassen, 34, akan menghadapi juara Korea Selatan Lee Hyun Il, yang dianggap tidak beruntung karena tidak menjadi unggulan di Beijing. "Ia (Jonassen) akan menciptakan kemenangan dalam pertandingan pertamanya, jika ia bertahan dalam pertandingan itu, apapun mungkin," katanya. "Kenneth mempunyai pandangan khusus di matanya (belakangan ini) maka semoga itu muncul saat ia main," katanya. Pemain favorit Favorit penonton Peter Gade, mantan peringkat satu dunia dan unggulan delapan, dianggap kurang berpeluang setelah menjalani 12 bulan yang berat, termasuk bergulat dengan asma dewasa yang jarang terjadi dan patah beberapa tulang rusuk. "Kami agak kurang yakin sama Peter. Ia mengalami banyak cedera tahun ini, mengalami masalah paru-paru, ia bekerja dengan baik pada periode terakhir, tetapi kami tidak begitu tahu posisinya di mana, sehingga ... mari kita mainkan dan lihat apa yang terjadi," kata Traerup-Hansen. Barangkali peluang terbaik Denmark untuk mengalahkan Asia ada pada Tine Rasmussen, pemain ranking empat, yang serangkaian kemenangannya atas juara-juara China telah menjadi berita utama. Rasmussen yang berusia 29 tahun bertemu dengan unggulan ketiga asal China Lu Lan dan juara dunia Zhu Lin dalam perjalanannya memenangi tiga gelar tahun ini -- termasuk All England yang bergengsi. "Saya kira cukup imbang setiap kali kami bertanding, saya tahu saya punya peluang untuk menang, tetapi saya juga tahu mereka bisa mengalahkan saya," kata Rasmussen mengenai bintang-bintang China tersebut," katanya. "Mereka mengalami banyak tekanan di kandang sendiri, tetapi juga jika mereka melakukan awal yang baik, mereka bisa mengubahnya menjadi positif dan mencapai tingkat yang lebih tinggi dengan mendapat dukungan penonton," katanya mengenai penonton China yang akan memadati Beijing University of Technology gymnasium ketika kompetisi dimulai Sabtu. Traerup-Hansen mengatakan emas bagi Denmark akan mengangkat kembali popularitas olahraga tersebut, yang biasanya dimainkan di hall-hall selama musim dingin yang panjang di Scandinavia, dan mempunyai sejarah berbasis klub yang kuat. Memenangi emas juga akan membawa sumber daya yang sangat dibutuhkan, tambahnya. "Kami di bawah tekanan dari Asia, tetapi juga dari Eropa, setelah olahraga tersebut diperkenalkan di Olimpiade 1992, banyak negara berinvestasi dalam bulutangkis," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2008