Gas bumi dari Gagas sudah melayani salah satu perusahaan garam terbesar di Madura
Jakarta (ANTARA) - Madura, jamak disebut sebagai pulau garam, sebab mayoritas masyarakat di pulau tersebut bekerja sebagai petani garam. Semua bermula, ketika Belanda masih menguasai Nusantara, daerah Sumenep yang kaya dengan bahan baku garam sudah dikuasai pemerintah Hindia Belanda kala itu.
Bahkan, pada tahun 1813, ketika Inggris menjajah Nusantara di bawah gubernur jenderal Thomas Stamford Raffles memonopoli garam mulai dari produksi sampai dengan distribusi.
Pada awalnya Belanda hanya membeli garam dengan harga tetap kepada para petani garam. Lalu mereka membuka perusahaan dan mengambil alih seluruh produksinya pada tahun 1936 (Sunjayadi, 2007). Perusahaan garam yang dikuasai Belanda itu kemudian dinasionalisasi menjadi Perusahaan Negara pada tahun 1960 (Cribb 2004:382 dan Sunjayadi 2007).
Terlepas dari sejarah hingga kini, garam masih menjadi andalan utama di salah satu pulau Jawa Timur yang terkenal pula dengan sate-nya tersebut. Selain luasnya lahan dan kualitas dari garam untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, garam juga perlu diolah untuk menjadi kualitas terbaik.
Mendukung aktivitas para petani garam, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) melalui anak usahanya PT Gagas Energi Indonesia (Gagas), PGN mulai menghembuskan gas pulau Madura, Jawa Timur, khususnya untuk sektor industri.
"Gas bumi dari Gagas sudah melayani salah satu perusahaan garam terbesar di Madura. Ini merupakan langkah awal PGN untuk terus menyebarkan manfaat energi baik gas bumi ke berbagai segmen pasar di Indonesia," jelas Rachmat Hutama, selaku Sekretaris Perusahaan PGN.
Perusahaan garam yang mulai menggunakan Gaslink produk dari PT Gagas adalah PT Garsindo Anugerah Sejahtera (Garsindo) di Kabupaten Sumenep. Produksi garam dari Garsindo selama ini digunakan untuk memasok bahan produksi dari PT Garam, yang merupakan perusahaan berplat merah, berfokus untuk memproduksi garam di Indonesia.
Lebih lanjut, Rachmat menuturkan, penggunaan gas bumi oleh Garsindo lantaran sumber energi bersih ini mampu memberikan kualitas bahan baku yang lebih baik. Selain itu, potensi penghematan yang dihasilkan dari penggunaan Gaslink minimal menapai 10 persen.
"Efisiensi dan ramah lingkungan menjadikan Gaslink jadi pilihan Garsindo sebagai bahan bakar utama proses produksi untuk pabrik kedua mereka di Sumenep. Manfaat gas bumi mampu menciptakan daya saing dan manfaat berlebih kepada sektor usaha," tuturnya.
Sebelumnya, pabrik pertama Garsindo yang berada di Gresik juga telah terlebih dahulu merasakan hembusan energi dari Gaslink. Direktur Utama Gagas, Sabaruddin mengungkapkan, untuk mendukung program go green dan langit biru, dalam waktu dekat Gagas akan terus memperluas penyaluran Gaslink di beberapa kabupaten di wilayah Madura. Hadirnya Gaslink, yang dapat memberikan efisiensi bagi pelaku industri, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan sektor industri kecil dan menengah di pulau Madura.
Baca juga: PGN tambah pelanggan Gaslink untuk industri di Surabaya
"Kami akan terus melakukan inisiatif agar produk Gaslink dapat menjangkau lebih banyak pelaku usaha di Madura. Upaya ini sejalan dengan program Pemprov Jatim yang ingin mengembangkan industri di Madura, dimana salah satunya adalah pengembangan industri garam," jelas Sabaruddin.
Rachmat Hutama mengatakan, sebagai subholding gas, PGN akan terus mendorong penggunaan gas bumi melalui pembangunan dan pengembangan berbagai infrastruktur gas. Apalagi sebagai energi bersih yang aman, ramah lingkungan dan efisien, gas bumi terbukti mampu mendorong daya saing sektor industri nasional.
Di berbagai daerah banyak sektor UMKM seperti warung bakso, warung nasi jamblang, pengusaha bakpia hingga industri genteng yang telah beralih pakai gas bumi.
"Gas Bumi merupakan salah satu energi yang dapat memberikan efisiensi, bersih dan aman dibandingkan bahan bakar fosil lainnya. PGN akan terus mengembangkan berbagai infrastruktur agar manfaat gas bumi makin banyak dinikmati oleh masyarakat dan sektor usaha di berbagai daerah," kata Rachmat.
Jargas Jawa Timur
Selain sektor industri di Madura yang mendapat aliran gas, masyarakat Probolinggo dan Pasuruan kini bisa menikmati energi bersih, murah, ramah lingkungan dan efisien setelah dibangun 8.150 Sambungan Rumah Tangga (SR) jaringan gas.
Pembangunan jargas kali ini merupakan bagian dari 74.307 sambungan rumah (SR) jargas yang tersebar di 16 lokasi pada tahun 2019. Pembangunan jargas di Kabupaten Probolinggo dan Pasuruan dibangun dengan dana APBN Tahun Anggaran 2019 berdasarkan Keputusan Menteri ESDM RI Nomor 333.7 K/12/MEM/2015, dan Nomor 119 K/10/MEM/2019.
Rincian pembangunan jargas terbagi 11 sektor, yakni lima sektor di Kabupaten Probolinggo dan enam sektor di Kabupaten Pasuruan. Berdasarkan rencana kerja, seharusnya jumlah sambungan yang terbangun 8.000 SR. Namun untuk mengakomodir tingginya antusiasme masyarakat terhadap jargas, maka Plt Ditjen Migas Djoko Siswanto menambah sambungan sebanyak 150 rumah tangga yang sumbernya dari Husky CNOOC Madura.
"Sumber pasokan gasnya berasal dari Husky CNOOC Madura Ltd dengan jumlah volume alokasi gas sebesar 0,2 mmscfd," papar Djoko.
Baca juga: PGN bangun jaringan pipa Gresik-Lamongan-Tuban sepanjang 141 km
Pemerintah, kali ini menugaskan PT Pertamina (Persero) melalui PT Perusahaan Gas Negara Tbk selaku anak perusahaan (sub holding gas bumi). Pembangunan jargas dimulai pada 26 April 2019 lalu dengan jangka waktu pengerjaan selama 216 hari atau lebih cepat dari jadwal. Dukungan pemerintah daerah begitu berarti dalam pelaksanaan proyek tersebut.
"Dukungan Pemda Kabupaten Probolinggo dan Pasuruan menjadikan pembangunan jargas berjalan lancar, bahkan lebih cepat dari jadwal. Dukungan pemda sangat penting karena berdasarkan pengalaman selama ini, terdapat beberapa kendala non teknis yang berpotensi menghambat pembangunan jargas seperti perizinan, maupun permasalahan sosial yang terjadi pada saat pelaksanaan pembangunan," jelas Djoko.
Sementara itu, Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN Redy Ferryanto menambahkan, total sambungan gas rumah tangga yang dibangun menggunakan dana APBN di Jawa Timur hingga saat ini mencapai 66.111 SR. Diharapkan dengan bertambahnya sambungan gas rumah tangga di Jawa Timur, khususnya di Kabupaten Probolinggo dan Pasuruan, memberi banyak manfaat bagi masyarakat.
Pembangunan jargas guna memaksimalkan efisiensi operasional dilakukan di daerah yang memiliki sumber gas atau dekat dengan sumber gas. Pemanfaatan gas bumi untuk rumah tangga selain lebih menghemat subsidi LPG yaitu sekitar Rp 178 miliar per tahun, bahkan juga mampu menekan jumlah impor LPG yang berkurang sekitar 25.500 ton per tahun.
Pemerintah menargetkan pada akhir tahun ini sudah terbangun aliran gas sebanyak 404.139 SR secara nasional. Tahun 2019 ini, jargas dibangun di 16 lokasi yaitu Kabupaten Aceh Utara, Kota Dumai, Kota Jambi, Kota Palembang, Kota Depok, Kota Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Cirebon, Kota Lamongan, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kota Mojokerto, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Banggai dan Kabupaten Wajo.
Baca juga: PGN layani pelanggan Gaslink 24 jam
Baca juga: PGN luncurkan 32 truk Gaslink berbahan bakar gas
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019