New York, (ANTARA News) - Harga minyak dunia melemah lagi pada Rabu waktu setempat, atau Kamis pagi WIB, menyusul kenaikan cadangan minyak mentah AS yang mengejutkan, meski laporan pemerintah yang sama juga menunjukkan stok bahan bakar minyak motor turun lebih besar dari perkiraan. Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman September, ditutup melemah 59 sen menjadi 118,58 dolar AS per barrel. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman September turun 70 sen menjadi mantap pada 117,00 dolar AS per barrel. Harga minyak turun kembali setelah Departemen Energi AS (DoE)mengumumkan bahwa cadangan minyak mentah AS meningkat 1,7 juta barrel dalam pekan yang berakhir 1 Agustus. Padahal sebelumnya, pasar memperkirakan cadangan minyak mentah AS periode tersebut akan turun 200.000-barrel. Laporan mingguan ini sering kali memiliki dampak pada harga pasar. Namun, DoE menambahkan stok bahan bakar minyak (BBM) motor jatuh 4,4 juta barrel pada pekan lalu. Penurunan tersebut lebih besar dari konsensus proyeksi para analis turun 1,5 juta barrel. Para pedagang memantau perkembangan stok bensin AS di tengah berlangsungnya puncak permintaan musim panas, dimana banyak orang Amerika bepergian mengendarai mobil mengisi liburan mereka. Pada awal perdagangan harga minyak sedikit rebound, setelah sehari sebelumnya turun tajam, namun naik kembali pada perdagangan sesi sore. Aliran minyak melalui saluran pipa Baku-Tbilisi-Ceyhan (BTC), yang mengirimkan ekspor minyak ke wilayah Mediterania, terputus pada Rabu, setelah sebuah ledakan menimbulkan sebuah kebakaran di sebuah bagian di Turki Timur, pejabat lokal mengatakan kepada kantor beritaAnatolia. Namun, berita tersebut gagal memicu harga naik. Saluran pipa BTC membawa minyak dari ladang minyak di Laut Kaspia ke pelabuhan Mediterania, Ceyhan, Turki, dimana kapal-kapal tanker mengangkut minyak mentah ke pasar-pasar Barat. Harga minyak mentah telah jatuh ke posisi terendah pada Selasa, ditutup di bawah 120 dolar AS untuk pertama kalinya dalam tiga bulan, sebagai sinyak dari pelambatan ekonomi global yang meningkatkan keraguan tetang permintaan energi mendatang. Sekarang, minyak berjangka telah turun sekitar 20 persen dari rekor tertinggi di atas 147 dolar AS per barrel pada 11 Juli. "Penurunan harga minyak sebagian besar mencerminkan berlangsungnya kekhawatiran bahwa permintaan minyak telah melemah, terutama di AS," kata David Moore, seorang analis komoditi Commonwealth Bank of Australia di Sydney. "Termasuk juga karena Badai Tropis Edouard hanya berdampak terbatas pada instalasi produk minyak di Teluk Meksiko," kata dia. Badai membuat pendaratan Selasa di pesisir Texas. Pasar semula mencemaskan Edouard akan berbalik menjadi topan yang dapat mengganggu produksi minyak. Para pedagang juga memantau tindakan diplomatik yang berhubungan dengan pengembangan energi nuklir Iran. Amerika Serikat menyerukan tindakan untuk "menghukum" Iran pada Rabu, setelah negara itu tidak merespon penawaran internasional untuk membekukan program nuklirnya. Seruan itu muncul jelang pembicaraan baru antara Amerika Serikat, Inggris, China, Perancis, Jerman dan Rusia untuk membahas progra nuklir Iran yang dikatakannya bertujuan guna memproduksi bahan bakar pembangkit listrik. Washington menyakini program tersebut hanya sebagai kedok untuk mengembangkan senjata, namun Teheran bersikukuh ambiasi nuklirnya untuk tujuan damai. Iran adalah produsen minyak mentah keempat terbesar di dunia.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008