Sleman (ANTARA) - Ribuan masyarakat di Kecamatan Gamping, Sleman, dan wisatawan luar daerah tumpah ruah menyaksikan kirab budaya dalam rangka Saparan Bekakak di Desa Ambarketawang, Jumat sore.
Kirab budaya diawali dari Lapangan Balai Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping.
Tradisi turun-temurun yang rutin digelar setiap tahunnya ini diramaikan ribuan masyarakat sejak pukul 13.00 WIB siang.
Ketua Panitia Tradisi Bekakak, Bambang Cahyono, mengatakan bahwa tradisi yang lebih dikenal dengan sebutan Saparan Bekakak ini merupakan kegiatan yang selalu ditunggu-tunggu masyarakat setiap tahunnya.
"Saparan Bekakak ini budaya yang melekat di masyarakat khususnya Gamping dan selalu diramaikan oleh masyarakat setiap penyelenggaraannya," katanya.
Baca juga: Diwarnai hujan deras Saparan bekakak tetap meriah
Baca juga: Kirab "Ingkung Sewu" syukuran warga Gunung Andong atas pertanian subur
Menurut dia, selain menjadi tradisi rutin yang digelar setiap tahunnya, Saparan Bekakak juga memiliki sejarahnya tersendiri sehingga penyelenggaraannya bertahan hingga saat ini.
Adapun prosesi Saparan Bekakak diawali dengan pelaksanaan upacara adat yang diikuti oleh seluruh bergodo.
Usai melakukan upacara adat, prosesi dilanjutkan dengan Budalan Kirab yaitu dengan pemecahan kendi Tirto Dono Jati oleh Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun dan Camat Gamping Arif Marwoto yang sekaligus melakukan pelepasan sepasang burung merpati putih.
Prosesi Saparan Bekakak kemudian dilanjutkan dengan proses kirab bergodo dengan membawa sejumlah sesaji bekakak yang juga diikuti oleh arak-arakan ogoh-ogoh dan raksasa Genduruwo menuju Gunung Gamping.
Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun yang turut serta dalam prosesi Saparan Bekakak mengatakan upacara adat Saparan Bekakak ini selain bertujuan untuk mengenang kesetiaan salah satu abdi dalem kesayangan Sri Sultan Hamengku Buwono I bernama Kyai Wirasuta dan Nyai Wirasuta, juga merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan rasa handarbeni terhadap budaya bangsa.
"Sebagai bangsa dengan rekam jejak sejarah yang panjang dan keragaman budaya lokal, pemerintah, masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan harus terlibat secara bersama-sama dalam melestarikan dan mengembangkan warisan budaya yang ada di wilayah kita secara berkelanjutan," katanya.
Baca juga: Tradisi "Tumpeng Jongko" doakan pernikahan putri Presiden
Baca juga: Kirab Gunungan Apem tetap meriah meski hujan
Namun demikian, kata dia, bahwa upaya pelestarian budaya yang ada tidaklah cukup hanya dilakukan melalui berbagai pertunjukan kesenian secara reguler saja.
"Hal utama yang juga harus kita lakukan adalah memberikan apresiasi dan pemahaman tentang filosofi serta nilai-nilai luhur dari budaya, warisan dan tradisi yang tumbuh di masyarakat secara turun temurun khususnya kepada generasi muda," katanya.
Dalam kesempatan tersebut juga Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun berkesempatan untuk turut andil dalam proses kirab dengan sejumlah peserta kirab lainnya.
Prosesi tersebut diakhiri dengan penyembelihan sepasang bekakak yang terbuat dari tepung ketan dan gua merah. Penyembelihan tersebut dilakukan di Petilasan Gunung Gamping Tlogo.*
Baca juga: Warga Gunung Sumbing meriahkan Saparan Merti Dusun
Baca juga: Ribuan warga perebutkan satu ton apem
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019