Denpasar (ANTARA News) - PT (Persero) Pelabuhan Indonesia III Cabang Benoa, Bali, merencanakan investasi sebesar Rp3 triliun guna mengembangkan bisnis pelayanan kapal pesiar yang didukung akomodasi pariwisata berbintang lima."Kami sudah melakukan penandatanganan naskah kerja sama dengan konsorsium enam perusahaan dari Korea. Mudah-mudahan bisa segera dimulai," kata General Manager Pelindo III Cabang Benoa, Heskiel Sasiang di sela-sela menjamu tim penilai citra pelayanan prima nasional di Tuban, Kabupaten Badung, Rabu malam.Menjawab pertanyaan ANTARA, disebutkan bahwa pihaknya telah mencanangkan program untuk mewujudkan Pelabuhan Benoa sebagai "turn-around port" bagi kapal pesiar (cruiser) mewah internasional yang memiliki panjang hingga 260 meter.Dalam pengembangan pelabuhan kapal pesiar mewah sistem "turn-around", maka wisatawan akan berganti sarana angkutan dan akomodasi, baik yang hendak mengunjungi obyek wisata maupun yang sudah menjelajahi Bali untuk kemudian menumpang kapal pesiar di Benoa."Melalui pengembangan model itu yang akan kami garap bersama pemerintah daerah, maka dapat memberikan dampak ikutan yang positif pada berbagai sektor ekonomi. Bukan saja bagi usaha transportasi, tetapi juga perhotelan, restoran, obyek wisata, penjualan suvenir dan lainnya," katanya. Pengembangan Pelabuhan Benoa untuk kepariwisataan internasional, bukan saja karena lokasinya berada di posisi tengah Indonesia, tetapi juga berdekatan dengan pusat wisata kapal pesiar dunia di Sungapura dan Australia. Heskiel Sasiang menyebutkan, berbagai pihak mendukung rencana tersebut, bahkan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata telah mengucurkan dana Rp500 juta yang telah dimanfaatkan untuk pengembangan dermaga, dari semula hanya mampu untuk sandar kapal dengan panjang 200 meter menjadi bisa digunakan kapal ukuran 260 meter. Kepala Pusat Kajian Kemitraan dan Pelayanan Jasa Transportasi Departemen Perhubungan Santoso Eddy Wibowo, bersama Robin A Suryo dari Kementerian Negara PPN/Bappenas, menyatakan masih terus mematangkan rencana investasi konsorsium Korea tersebut. "Satu hal lagi yang perlu segera kita tangani adalah tahapan kerja sama dengan pemerintah daerah. Ini akan menjadi dasar pemerintah pusat untuk melangkah lebih lanjut sesuai undang-undang pelayaran yang baru," kata Eddy Wibowo. Sementara tim penilai citra pelayanan prima nasional terdiri Assisten Deputi Menteri Pendayaagunaan Aparatur Negara, Bambang Anom, bersama stafnya Sri Hartini dan Kartini Istiqomah dari Universitas Budiluhur Jakarta serta Wiratno dari Universitas Trisakti, memuji inovasi bisnis Pelabuhan Benoa dalam bidang kepariwisataan. "Saya sudah mencoba menumpang kapal pesiar kapasitas sedang untuk 80-100 orang. Ternyata juga memutar musik lagu-lagu daerah. Perlu pengembangan lebih lanjut dan menyiapkan program secara dinamis dalam upaya menjaring wisatawan mancanegara," kata Kartini Istiqomah.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008