penelitian tersebut mengambil 320 ribu sampel rumah tangga di 514 kabupaten-kota pada 84.796 balita.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengumumkan penurunan angka stunting atau kekerdilan pada anak menjadi 27,67 persen atau turun 3,1 persen dari 30,8 persen, menjelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
"Kemenkes punya tugas bagaimana menghitung anak stunting setiap tahun. Dikerjakan oleh BPS dan Litbangkes, dulu Riskesdas 2018 30,8 persen sekarang jadi 27,67 persen," kata Menteri Kesehatan Nila Moeloek dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat.
Jika dibandingkan dengan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 dengan prevalensi stunting sebesar 37,2 persen, artinya di era pemerintahan Joko Widodo periode pertama Menteri Kesehatan telah berhasil menurunkan angka kekerdilan hingga 10 persen dalam lima tahun.
Penurunan angka stunting yang cukup signifikan ini berkat koordinasi lintas kementerian lembaga dengan membentuk Tim Percepatan Pencegahan Anak Kerdil (TP2AK) yang dipimpin oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Baca juga: Angka kekerdilan ditarget turun 20 persen pada 2024
Wapres JK menugaskan berbagai kementerian di luar Kemenkes dan juga para pemimpin pemerintah daerah untuk melaksanakan upaya-upaya pencegahan stunting sesuai dengan kewenangannya.
Penelitian prevalensi stunting tahun 2019 dilakukan oleh Badan Pusat Statistik dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan dengan mengintegrasikan Susesnas dan Survei Status Gizi.
Direktur Statistik Kesejahteraan Rakyat BPS Gantjang Amanullah menyebutkan penelitian tersebut mengambil 320 ribu sampel rumah tangga di 514 kabupaten-kota pada 84.796 balita. Penelitian tersebut memiliki Relatif Standar Error 0,52 persen.
Menkes Nila menyatakan meski angka stunting mencapai 27,67 persen, masih harus tetap ditekan sesuai standar maksimal yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni di bawah 20 persen.
Baca juga: Pemerintah luncurkan aplikasi pendukung penanganan anak kerdil
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019