Jakarta (ANTARA News) - Baru saja turun dari mimbar menyampaikan sambutannya di seminar nasional wakaf produktif Badan Wakaf Indonesia (BWI) di Jakarta, Rabu, Menteri Agama, Muhammad Maftuh Basyuni dikerubuti beberapa wartawan, yang menanyakan perihal wakaf, bank syariah, soal pelaksanaan haji hingga implementasi Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang Ahmadiyah. Awalnya pertanyaan wartawan dapat dijawab secara panjang lebar dengan baik. Corong tape recorder wartawan pun mendekati mulut Menteri yang kali ini tampak necis dengan jas warna abu-abu plus dasi warna hitam. Satu per satu pertanyaan wartawan tentang wakaf dijelaskan. Pertanyaan tentang wakaf belum dijawab secara tuntas, tiba-tiba ada beberapa wartawan lain menyorongkan tape recorder ke muka Menteri Agama M. Maftuh Basyuni. Pertanyaannya beragam, ada yang menanyakan soal perhajian, wakaf hingga SKB Ahmadiyah. Belum selesai menjelaskan persoalan bank syariah, lagi-lagi wartawan mengajukan pertanyaan soal SKB Ahmadiyah. Lebih repot lagi wartawan yang mengajukan pertanyaan tak tahu duduk soal permasalahannya. misal soal isi SKB Ahmadiyah, ketika ditanyakan oleh Menteri apa isi SKB itu, malah wartawan itu diam saja. Tentu saja Menteri Agama terlihat kecewa. Ia terlihat marah, karena wartawan mengajukan pertanyaan asal bunyi, tanpa menguasai atau memahami permasalahan yang ditanyakannya. Lebih-lebih lagi ia nampak kecewa ketika wartawan mengajukan secara sporadis. Belum tuntas permasalahan wakaf dijelaskan, lantas dipotong pertanyaan lain. Usai menjelaskan satu persoalan, kembali lagi ditanyakan persoalan yang sama. "Dalam kondisi seperti ini, siapa yang nggak bingung," ungkap seorang wartawan. Ketika Menag naik ke dalam mobilnya, ia membuka jendela kaca. Katanya,"Islam itu mengajarkan perdamaian dan keselamatan". Usai Menteri meninggalkan wartawan, beberapa wartawan giliran memarahi wartawan yang mengajukan pertanyaan asal "ngejeblak". Terjadilah wartawan memarahi wartawan. Di sini jelas terlihat mana wartawan profesional dan wartawan yang bekerja asal-asalan. "Memalukan," kata seorang lainnya. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008