Sukoharjo (ANTARA News) - Amir/pemimpin Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Abu Bakar Ba`asyir menyatakan mengundurkan diri dari organisasi tersebut, karena adanya ketidakcocokan dalam sistem kepemimpinan yang berjalan. "Menurut keyakinan saya, Majelis Mujahidin merupakan suatu institusi perjuangan Islam yang sistem kepemimpinannya justru tidak dikenal dalam ajaran Islam," katanya kepada wartawan di kediamannya di Kompleks Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki, Sukoharjo, Jateng, Rabu. Ba`asyir mengaku memiliki pandangan yang berbeda dengan sejumlah pengurus MMI, sehingga memutuskan untuk keluar dari organisasi tersebut. Menurut dia, sistem perjuangan serta tujuan dibentuknya MMI sebenarnya sudah benar. Namun, ia menilai sistem kepemimpinan yang diterapkan masih menggunakan sistem demokrasi. Seharusnya, lanjut dia, sesuai dengan ajaran Islam, maka sistem kepemimpinan MMI yaitu sistem Jamaah dan Umamah. "Saya mengajak segenap pengurus dan anggota MMI untuk kembali pada sistem kepemimpinan yang Islami. Namun justru mendapat penolakan dari sejumlah pengurus dan anggota, yang tampaknya belum dapat diselesaikan secara intern," kata pengasuh Ponpes Al Mukmin Ngruki tersebut. Ia mengungkapkan, sejak diangkat sebagai Amir Mujahidin, sebenarnya kekeliruan dalam sistem kepemimpinan ini telah terjadi. Dengan semangat untuk memperbaiki kekeliruan tersebut, ia bersedia menerima jabatan itu untuk sementara. Meski telah mundur, ia menyatakan masih siap bekerja sama untuk menegakkan syariah Islam, dengan cara-cara yang dinilainya benar. ia juga menyatakan tidak menutup kemungkinan untuk kembali masuk dalam MMI, jika sejumlah hal yang dinilainya keliru telah kembali ke sistem yang benar. Untuk sementara, jabatan Amir MMI akan dijabat oleh Ustadz M. Tholib, yang sebelumnya menjabat sebagai wakil amir, hingga Konggres MMI berikutnya digelar. (*)
Copyright © ANTARA 2008