"Hingga saat ini bantuan air bersih tetap kami lakukan, karena sumber-sumber mata air di sumur warga masih kecil bahkan banyak sumur warga yang masih mengering," kata Kepala BPBD Pemkab Bangkalan Rizal Morris di Bangkalan, Kamis.
Menurut dia, setiap hari BPBD Pemkab Bangkalan mendistribusikan sebanyak empat tangki ke daerah kekeringan.
Baca juga: 64 desa di Bangkalan rawan kekeringan
Total jumlah desa yang mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih pada kemarau kali ini sebanyak 33 desa, terdiri dari 26 desa mengalami kering kritis, dan sebanyak tujuh desa sisanya mengalami kering langka.
Dikatakannya dimaksud dengan kering kritis antara lain, karena pemenuhan air di daerah itu mencapai 10 liter lebih per orang per hari. Untuk memenuhi kebutuhan air minum dan memasak jarak yang harus ditempuh masyarakat sejauh tiga kilometer lebih.
Sementara itu, untuk kategori kekeringan langka, kebutuhan air di dusun itu di bawah 10 liter saja per orang per hari, dengan jarak yang ditempuh dari rumah warga ke sumber mata air terdekat sejauh setengah hingga tiga kilometer.
Ia menjelaskan, dibanding musim kemarau tahun lalu, jumlah desa yang mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih pada kemarau kali ini lebih sedikit.
Sebab, berdasarkan data BPBD Pemkab Bangkalan, pada kemarau tahun lalu, jumlah desa yang dilanda kekeringan dan kekurangan air bersih sebanyak 64 desa.
"Pendistribusian bantuan air bersih ini akan dihentikan, jika curah hujan sudah bagus dan sumber-sumber air di sumur warga kembali lancar," katanya.
Baca juga: 15 kecamatan di Bojonegoro krisis air bersih
Pewarta: Abd Aziz
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019