Jakarta (ANTARA News) - Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah seharusnya memiliki jaringan telekomunikasi cadangan untuk mengantispasi matinya jaringan utama yang membuat traksaksi di BEI tertunda atau terganggu. Kepala Riset Sarijaya Securities, Danny Eugene, di Jakarta, Selasa, mengatakan, terputusnya jaringan telekomunikasi di BEI disesalkan para pelaku pasar dan mereka merasa dirugikan karena perdaganan tertunda. "Selaku otoritas bursa BEI sudah seharusnya memiliki pengaman jaringan internalnya, sehingga kejadian tertundanya perdagangan saham ini tidak terulang lagi. Secara psikologis investor dan broker (perusahaan efek) merasa dirugikan," katanya. Danny mengatakan tertundanya perdagangan saham di BEI lebih dari satu jam memberikan kerugian psikologis bagi investor dan perusahaan broker. "Sentimen negatif akibat tertundanya perdagangan saham itu menyebabkan harga saham turun cukup signifikan ketika dibuka kembali pada pukul 10.45 WIB," ujarnya. Sementara pengamat pasar modal Januar Rizky mengatakan, kejadian itu jelas merugikan para fund manager karena strategi perdagangan mereka tidak bisa berjalan sesuai rencana. Meski transaksi saham di bursa belum terjadi, namun transaksi interday di perbankan terus berjalan. "Biasanya fund manager (manajer investasi) melakukan transaksi dalam dua instrumen investasi bursa dan perbankan. Dalam transaksi ini biasanya ada arbitrase untuk memanfaatkan selisih capital gain saham dengan besarnya suku bunga pinjaman harian di bank. Sehingga mereka tidak dapat akses untuk memanfaatkan selish bunga dengan capital gain dengan bunga," katanya. BEI telah menunda perdagangan sesi pertama Selasa yang seharusnya dibuka pukul 9.30 WIB akibat kerusakan jaringan internal. Perdagangan baru dibuka pada pukul 10.45 sehingga tertunda selama 1 jam 15 menit. Ketika dibuka kembali indeks saham langsung turun 32,001 poin dan dalam lima menit setelah pembukaan transaksi saham tercatat Rp 311 miliar. Saat ini BEI hanya memiliki cadangan jaringan sistem perdagangan berupa Disaster Recovery Center (DRC) yang letaknya 30 km diluar gedung bursa. DRC ini akan difungsikan jika terjadi "force majeur" seperti kejadian bencana alam dan huru hara. Erry mengatakan BEI akan segera mengkaji kemungkinan memfungsikan DRC secara otomatis ketika ada kerusakan sistem atau perdagangan secara tiba-tiba. Namun rencana in akan memakan biya yang sangat besar. "Akan kami review jika memang harus diberlakukan secara otomatis, meski dengan biaya besar," katanya. Erry meminta maaf kepada investor dan para perusahaan broker. Manajemen BEI berjanji akan mengantisipasi agar kejadian serupa tidak terulang. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008