Jakarta (ANTARA News) - Ekonom BNI, Ryan Kiryanto memperkirakan, kenaikan suku bunga acuan (BI rate) 25 basis poin menjadi 9 persen tidak akan menurunkan permintaan kredit perbankan terutama kredit modal kerja dan konsumsi, mengingat dampak kenaikan harga BBM yang sudah tidak dirasakan lagi dan harga minyak dunia yang cenderung bertahan pada kisaran 120 dolar AS perbarel."Pertumbuhan kredit 2008 akan sesuai target berkisar 22-25 persen," kata Ryan di Jakarta, Selasa.Dia juga memperkirakan, penopang pencapaian target kredit itu adalah kredit ke segmen UMKM dalam bentuk KMK (Keputusan Menteri Keuangan)."Yang pasti, kenaikan BI Rate kali ini sudah diantisipasi oleh bank-bank dengan menyesuaikan suku bunga, baik dana maupun kredit, pada kisaran 0,5-1,0 persen setelah pada bulan-bulan yang lalu bank-bank belum menyesuaikannya," tambah Ryan.Menurut Ryan, keputusan BI menaikkan BI rate menjadi 9 persen sudah tepat dan sesuai dengan kalkulasi serta ekspektasi sebagian besar ekonom dan analis. "Peluang BI rate naik lagi di bulan-bulan berikutnya masih terbuka mengingat tekanan inflasi masih cukup besar terutama kaitannya dengan faktor musiman seperti Hari Raya Lebaran, Natal, dan Tahun Baru," katanya. Dengan demikian, jelasnya, maka pihaknya memperkirakan inflasi akhir tahun akan berada pada kisaran 11-12 persen. "Sehingga BI rate cenderung akan naik terus hingga akhir tahun menjadi 9,5 persen. Ini pun dengan asumsi, ketika ada inflasi bulanan rendah yang menciptakan inflasi y.o.y. rendah, BI hanya akan menahan BI rate saja," katanya. Untuk mengantisipasi ekspektasi inflasi yang ketat ke depan, jelasnya, pemerintah harus membelanjakan anggaran mereka untuk pembangunan dan perbaikan infrastruktur guna melancarkan produksi dan distribusi barang pada semester II sehingga dapat menekan inflasi.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008