Bogor (ANTARA News) - Indonesia tengah menjajaki kemungkinan kerjasama di bidang bioteknologi dengan beberapa negara diantaranya Iran, Korea Selatan, Belanda serta dengan sejumlah negara ASEAN.
"Negara-negara tersebut yang paling berminat untuk bekerjasama dengan peneliti kita," kata Ketua Konsorsium Bioteknologi Indonesia (KBI), Dr Ir Bambang Prasetyo, MSc disela Konferensi Internasional Bioteknologi di Bogor, Selasa.
Kerjasama-kerjasama tersebut meliputi bidang pertanian, energi dan kesehatan.
Iran, kata dia, tertarik bekerjasama di bidang bioteknologi kelautan. "Untuk bioteknologi bidang non kelautan mereka sudah menguasai, dan sekarang ingin bekerjasama di bidang kelautan."
Sementara Belanda dan Korea Selatan ingin bekerjasama di bidang bioteknologi energi.
Ia mengatakan, anggota-anggota KBI yang terdiri dari 42 lembaga swasta, pemerintah dan perguruan tinggi akan melakukan konsolidasi untuk kemudian memetakan sumberdaya di bidang bioteknologi di Indonesia.
"Akan kita buat direktori bioteknologi Indonesia yang menyangkut sumberdaya manusia, penelitian, fasilitas serta industri terkait bioteknologi," kata Bambang yang juga Direktur Pusat Riset Bioteknologi LIPI.
Ia mengakui, perkembangan bioteknologi Indonesia masih jauh tertinggal dibanding negara-negara lain karena kurangnya dukungan dari pemerintah maupun industri.
Dana yang disediakan oleh pemerintah maupun industri masih sangat kurang, demikian juga regulasi pemerintah belum mendukung.
"Bahkan pihak industri lebih memilih menggunakan produk bioteknologi dari luar negeri seperti India," kata Bambang.
Dengan adanya konferensi ini, peneliti Indonesia bisa belajar dari kemajuan yang telah dicapai peneliti asing.
Disamping itu, peneliti Indonesia juga berkesempatan untuk menjalin kerjasama dengan pihak asing, sehingga tidak bergantung dana dari Pemerintah, kata Bambang.
Konferensi yang diselenggarakan oleh KBI pada 5-7 Agustus tersebut diikuti oleh 300 peserta dari dalam dan luar negeri termasuk peserta dari Amerika Serikat, Iran, Jepang, Korea Selatan, Belanda, Filipina, dan Australia.
KBI juga akan memberikan IBC Award untuk peneliti dengan presentasi terbaik.
Permintaan
Sementara itu, Menteri Riset dan Teknologi, Kusmayanto Kadiman dalam sambutannya yang dibacakan Deputi Bidang Pengembangan Sisteknas Kementerian Riset dan Teknologi, Dr Amin Subandrio mengatakan, aktivitas riset dan permintaan pasar harus saling terkait sehingga hasil riset bioteknologi mampu memberi solusi bagi peningkatan pangan dan kesehatan manusia, serta mendorong pertumbuhan ekonomi.
Disamping itu, kata dia, mekanisme pendanaan kreatif juga diperlukan untuk mendukung riset di bidang bioteknologi untuk mensinkronkan kebutuhan dan peran peneliti, institusi pemerintah serta swasta yang pada akhirnya akan meningkatkan produktifitas nasional.
Oleh karena itulah, kata Kusmayanto, pihaknya membuat model sinergi yang melibatkan akademisi, bisnis dan pemerintah yang lebih dikenal dengan sinergi ABG (Academician, Business community, Government).
Menristek mengatakan, Pemerintah Indonesia tengah mendorong perkembangan teknologi mengikuti jejak keberhasilan negara-negara berkembang lain seperti Kuba, Brasil, India dan Cina.
Bidang yang menjadi prioritas dalam pengembangan bioteknologi di Indonesia adalah pertanian, lingkungan, kesehatan, bio-industri termasuk energi, kelautan dan perairan budidaya.
Bioteknologi memainkan peran penting dalam mendukung enam bidang prioritas Kementerian Riset dan Teknologi, terutama untuk ketahanan pangan, kesehatan dan teknologi pengobatan serta sumber energi terbarukan.
Kontribusi bioteknologi diproyeksikan makin meningkat dalam 10 tahun mendatang dengan munculnya permasalahan baru akibat kerusakan lingkungan dan munculnya penyakit baru.
(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008