Jakarta, (ANTARA News) - Bank Indonesia memperkirakan inflasi pada akhir tahun 2008 akan berada pada kisaran 11,5-12,5 persen (tahun ke tahun) meski angka inflasi Juli 2008 secara bulanan tercatat 1,37 persen dan inflasi tahunan menjadi 11,9 persen atau meningkat dari inflasi Juni 11,03 persen. Siaran pers Bank Indonesia di Jakarta, Selasa menyebutkan dengan memperhitungkan beberapa faktor resiko serta tekanan inflasi yang masih akan timbul hingga akhir tahun, BI memperkirakan inflasi akhir tahun sekitar 11,5-12,5 persen. Sementara itu, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diperkirakan masih akan menunjukkan kinerja yang meningkat sehingga kestabilan nilai tukar juga dapat terjaga dengan baik. Cadangan devisa hingga akhir Juli 2008 tercatat 60,56 miliar dolar AS atau setara dengan 4,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Sebelumnya Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang dilakukan Selasa ini telah memutuskan kembali menaikkan BI rate 25 basis poin (bps dari 8,75 persen menjadi 9,00 persen. Keputusan itu dimaksudkan untuk memantapkan stabilitas perekonomian sistem keuangan Indonesia khususnya untuk mendukung sasaran inflasi dalam jangka menengah. Gubernur Bank Indonesia Boediono, mengatakan, BI masih melihat adanya resiko tekanan inflasi ke depan yang bersumber dari gejolak harga minyak dan pangan dunia, serta tekanan permintaan. Masih tingginya resiko tekanan inflasi tersebut menjadi pertimbangan BI untuk kembali menaikkan BI rate pada bulan ini, meski dampak kenaikan BBM terhadap inflasi sudah sangat berkurang. Bank Indonesia (BI) juga menyatakan kenaikan suku bunga acuan (BI-rate) sebesar 25 basis poin (bps) yang diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Selasa ini diperkirakan tidak akan mengganggu aktivitas perekonomian Indonesia. Gubernur Bank Indonesia Boediono mengatakan, berbagai indikator menunjukkan permintaan dari dalam negeri masih kuat dan ketahanan industri perbankan tetap terjaga dan didukung pelaksanaan fungsi intermediasi yang baik. Menurutnya, kredit perbankan masih tumbuh 31,6 persen year on year YoY) dengan NPL (gross) yang menurun menjadi 4,08 persen. Boediono juga memperkirakan perekonomian di Indonesia pada tahun ini masih akan tetap tumbuh baik ditopang oleh pertumbuhan ekspor, pengeluaran konsumsi masyarakat dan pengeluaran pemerintah yang cukup tinggi. Permintaan dalam negeri, lanjutnya, juga ditopang oleh meningkatnya belanja daerah dan telah dimulainya tahapan Pemilu 2009. Boediono menambahkan, guna mengefektifkan kebijakan moneter, kenaikan BI-rate juga diiringi oleh optimalisasi penggunaan instrumen kebijakan moneter lain seperti pengendalian volatilitas nilai tukar dan penyerapan ekses likuiditas melalui operasi pasar terbuka. "Dengan kebijakan tersebut inflasi 2009 pada kisaran 6,5 sampai 7,5 persen diharapkan dapat tercapai," katanya. (*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008