Bandarlampung (ANTARA News) - Tabung gas isi 12 kg yang masa pemakaiannya sudah melewati batas waktu (kedaluwarsa), ditengarai masih beredar di kalangan konsumen di berbagai tempat di Kota Bandarlampung, Provinsi Lampung, sehingga dikhawatirkan dapat memicu terjadi kebocoran atau kebakaran.
Penelusuran di Bandarlampung hingga Selasa, menunjukkan adanya tabung gas yang diduga telah kedaluwarsa itu masih beredar dan digunakan masyarakat, padahal umumnya sudah berkarat dengan tulisan tentang volume dan masa pakai tabung tersebut sudah tidak jelas lagi.
Sejumlah konsumen juga telah berkali-kali mengeluhkan tabung gas berkarat yang masih beredar itu, karena dikhawatirkan bocor dan memicu terjadinya kebakaran.
Namun, akibat tidak ada lagi tabung gas yang lebih baik saat membeli di warung dan agen, konsumen terpaksa membeli gas dalam tabung yang sudah kurang memadai keamanan penggunaannya seperti itu.
"Kalau gas sulit dibeli, mau tak mau harus membeli gas dalam tabung yang berkarat seperti itu," kata Edy, salah satu warga Bandarlampung pula.
Warung dan pengecer tabung gas isi 12 kg di Bandarlampung itu mengaku, hanya menerima pengiriman tabung berisi gas dari agen sesuai dengan jumlah pesanan.
Biasanya, tiap warung mendapatkan pasokan tabung berisi gas dari agen sebanyak 8-10 tabung per hari.
Sehubungan itu, para konsumen mengharapkan Pertamina segera menarik tabung gas yang berkarat dan ditengarai telah kedaluwarsa itu, agar tidak merugikan konsumen.
Pendistribusian gas (elpiji) isi 12 kg relatif lancar di Bandarlampung, meski gas itu cepat terjual habis di tingkat agen, seperti di salah satu SPBU Pertamina di Sukarame.
Sejak Pertamina menaikkan harga gas dari Rp51 ribu menjadi Rp63 ribu per 1 Juli 2008 lalu, warga tidak lagi harus berebutan mendapatkan gas tersebut.
Harga pembelian gas isi 12 kg di tingkat agen umumnya Rp66 ribu, sedangkan di pengecer lebih dari Rp68 ribu, bahkan ada yang mencapai Rp73.000 sd. Rp75.000.
Gas dalam tabung 12 kg yang dijual di SPBU Sukarame, Bandarlampung umumnya cepat laku, karena terlihat banyak pembeli gas di SPBU milik Pertamina itu yang menggunakan kendaraan beroda empat.
Mereka sekali membeli sedikitnya dua tabung, namun banyak juga yang membeli lima tabung sekaligus.
Hal itu mengakibatkan gas cepat habis terjual, dan hanya tersisa tumpukan tabung kosong yang sering terpampang dengan dilabeli "Gas Habis".
Beberapa konsumen menyatakan, membeli gas ke SPBU itu karena merasa yakin volumenya yang tidak berkurang dan harga bandrol.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008