Cotabato, Filipina, (ANTARA News) - Kelompok separatis Muslim terlibat baku-tembak mortir dengan pasukan pemerintah di Filipina selatan, selang beberapa jam setelah Mahkamah Agung menghentikan kesepakatan tanah antara mereka dengan pemerintah, kata pihak militer di sini Selasa. Serangan mortir dilakukan oleh sejumlah pemberontak tak dikenal dari Front Pembebasan Islam Moro (MILF) terhadap tentara yang ditempatkan di dekat kota Midsayap, sekitar setengah jam Senin malam, kata pihak militer. Para pemberontak mengepung posisi di luar kota, menelantarkan lebih dari 300 keluarga, dalam pelanggaran persetujuan gencatan senjata 2003, kata militer. "MILF menembakkan sekitar selusin mortir terhadap posisi militer," kata jurubicara militer wilayah, Letkol. Julieto Ando. "Kami membalas serangan mortir, namun tidak ada laporan-laporan mengenai adanya korban." Ando mengatakan, para pemberontak yang menyerang tampaknya mengabaikan komando-komando dari pemimpin MILF untuk meninggalkan daerah itu, pada saat kedua pihak merundingkan kesepakatan atas wilayah itu. Serangan terjadi setelah Mahkamah Agung di Manila menghentikan maksud pemerintah untuk menandatangani kesepakatan yang akan memberikan kewenangan pemerintahan kepada MILF dan kewenangan ekonomi atas sebagian besar daerah semi otonomi di pulau Mindanao selatan. Kesepakatan itu telah ditandatangani Selasa di Malaysia, yang telah memprakarsai perundingan-perundingan perdamaian antara kedua pihak. Perjanjian itu berarti memuluskan jalan bagi pemecahan politik terakhir untuk mengakhiri perang yang dikobarkan MILF selama 30 tahun untuk mendirikan negara Islam merdeka di sepertiga dari wilayah selatan di negara yang mayoritas penduduknya menganut Katolik Roma itu. (*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008