Jakarta (ANTARA News) - Ekonom BNI, A. Tony Prasetiantono, mengatakan, BI tidak perlu menaikkan suku bunga acuan (BI rate) dalam mengendalikan laju inflasi karena karakteristik inflasinya bukan akibat faktor kelebihan likuiditas dan masih kuatnya aliran modal masuk ke Indonesia "Menaikkan suku bunga belum tentu efektif dalam menekan laju inflasi," katanya di Jakarta, Senin. Tony menjelaskan, karakteristik inflasi kali ini lebih disebabkan oleh kenaikan harga komoditi di luar negeri yang terbawa ke dalam negeri akibat impor barang, baik barang konsumsi maupun barang produksi (imported inflation). Selain itu, tambahnya, posisi rupiah saat ini juga terus menguat dengan bertengger di kisaran Rp9.100 per dolar AS, serta masih tetap menariknya pasar finansial Indonesia untuk investasi portofolio sehingga cadangan devisa bisa mencapai sekitar 59,45 miliar dolar AS per 30 Juni 2008. "Semua itu seharusnya menjadi alasan kuat bagi BI untuk tidak memberlakukan `tight money policy` (kebijakan pengetatan uang). Kenaikan suku bunga hanya akan menghambat sektor perbankan dalam berekspansi," ujarnya. Badan Pusat Statistik (BPS) akhir pekan lalu mengungkapkan, laju inflasi bulanan pada Juli mencapai 1,37 persen, dengan inflasi tahun kalender 8,85 sebesar dan inflasi tahunan (year on year) mencapai 11,9 persen. Kenaikan inflasi bulan Juli terutama dipicu akibat kenaikan harga pada seluruh kelompok barang dan jasa, terutama pada kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga serta kelompok bahan makanan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008