Sanur (ANTARA News) - Asian Science Camp 2008 di Sanur, Bali, yang menghadirkan lima peraih Nobel, diharapkan mampu menginspirasi 400 siswa berbagai negara yang hadir, sekaligus mendekatkan Asia dalam upaya meraih Nobel Dunia. "Saya percaya dimanapun terdapat ilmuwan-ilmuwan muda, dan kami, para ilmuwan dunia serta peraih Nobel adalah pupuk. Kalianlah (siswa) yang harus tumbuh subur, berbunga dan berbuah," kata penerima Nobel Kimia yang juga President of International Board ASC, Prof Yuan Tseh Lee. Saat pembukaan Asian Science Camp (ASC) yang kedua itu, Senin di Sanur, disebutkan bahwa tidak ada jalan singkat agar berhasil menjadi seorang ilmuwan, melainkan perlu kerja keras dan menikmati apa yang dikerjakan. ASC yang berlangsung hingga 9 Agustus 2008, memberikan kesempatan kepada sekitar 400 siswa berbagai negara, sebagian besar dari Indonesia, untuk berdiskusi dengan lima peraih Nobel. Kelima pemenang Nobel Laureate itu yakni Prof Masatoshi Koshiba, peraih Nobel Fisika 2002 dari Jepang, Prof Yuan - Tseh Lee (Kimia 1986/Taiwan), Douglas Osherroff (Fisika 1996/Amerika Serikat), Richard Robert Ernst (Kimia 1991/Swiss) dan Professor David Gross (Fisika 2004/AS). Selain peraih nobel, hadir pula ilmuwan kelas dunia yakni Prof Chintamani Nagesa Ramachandra Rao, peraih Hughes Medal 2000 oleh Royal Society dari India, Prof Myriam P Sarachick (L`Oreal/UNESCO Woman in Science Laureate 2005 dari AS). Selain sesi yang terkesan serius, para peserta juga akan mengikuti perlombaan `Problem of the Day` dimana mereka disuguhkan berbagai pertunjukan yang terkesan mustahil bahkan sering dianggap mistis, kemudian peserta diminta menjelaskan fenomena tersebut secara ilmiah. "Kami mendorong mereka untuk berpikir logis, dengan menjawab fenomena mistis dengan science," kata Chairman ASC 2008, Prof Yohanes Surya. Beberapa atraksinya antara lain pertunjukan debus, berjalan di atas api, hingga melayang di udara.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008