jika menggunakan pakan sendiri maka bisa mendapatkan selisih sekitar 30 persen jika dibandingkan membeli pakan dari pabrik

Palembang (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Food and Agriculture Organization (FAO) untuk mengembangkan pakan ikan mandiri berbasis bahan baku lokal.

Direktur Pakan dan Obat Ikan Dirjen Perikanan Budidaya KKP Mimit Abdul Hamid di Banyuasin, Sumatera Selatan, Rabu, mengatakan kerja sama bertajuk “Supporting Local Feed Self-Sufficiency for Inland Aquaculture Development in Indonesia” ini bertujuan meningkatkan produksi pakan ikan berkualitas tinggi dengan biaya yang murah.

"Produksi ikan air tawar meningkat secara signifikan, artinya kebutuhan pakan juga meningkat. Oleh karena itu dibutuhkan cara pengelolaan pakan yang lebih efektif dan efisien supaya ada pengurangan ketergantungan pada bahan pakan impor," kata dia setelah melihat langsung kolam uji coba yang menggunakan pakan ikan sesuai arahan FAO di Desa Sungai Rengit, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin.

Baca juga: KKP dorong pembudidaya ikan produksi pakan mandiri

Ia mengatakan sejauh ini komponen biaya pakan mencapai 60-70 persen dari total biaya produksi sehingga pengembangan pakan ikan secara mandiri menjadi solusi tingginya harga pakan pabrikan.

“Berdasarkan hasil perhitungan KKP, jika menggunakan pakan sendiri maka bisa mendapatkan selisih sekitar 30 persen jika dibandingkan membeli pakan dari pabrik,” kata dia.

Adapun bahan baku yang digunakan sangat mudah dijumpai di lingkungan sekitar masyarakat dengan komposisi, silase ikan (7,5 persen), kepala udang (10 persen), ikan asin (34 persen), poles (22,5 persen), bungkil sawit (21,6 persen), kanji/sagu (4 persen), premix (0,25 persen), multi-enzyme (0,1 persen) dan phytase (0,05 persen).

Terkait kerja sama ini, FAO juga memberikan bantuan berupa mesin pencampur (mixer) dan mesin penepung (hammer mill).

Kemudian kerjasama juga dalam uji coba pakan, dimana kegiatan ini membandingkan efektivitas dan efisiensi dari formula pakan yang di rekomendasikan FAO dengan pakan yang biasanya digunakan oleh pembudidaya patin.

Baca juga: Menteri Susi sebut pakan ikan masih dikuasai korporasi besar

Sementara itu Kepala Perwakilan FAO Indonesia, Stephen Rudgard mengatakan dibutuhkan industri yang kuat untuk membangun sektor perikanan, dan industri membutuhkan produsen-produsen skala kecil seperti yang ada di Banyuasin ini.

“Tapi bagaimana mereka (pembudidaya) berproduksi jika tidak ada uang, jadi perlu dibantu seperti dibantu mesin pembuatan pakan. Intinya, bagaimana menurunkan biaya produksi dan menaikkan harga jual,” kata dia.

Steven mengatakan kedatangannya melihat langsung kolam uji coba di Kabupaten Banyuasin ini juga untuk memaknai Hari Pangan Sedunia yakni bagaimana caranya setiap negara mendorong setiap warganya untuk menerapkan pola makan sehat dan lebih banyak mengonsumsi ikan.

Kerja sama kedua belah pihak ini akan difokuskan pada upaya-upaya yang secara langsung mendorong pakan mandiri yakninpenyediaan informasi dasar terkait ketersediaan suplai bahan baku, kebutuhan nutrisi, jenis dan formulasi pakan khususnya untuk pakan ikan patin di Indonesia. Kemudian, pemanfaatan varian bahan baku pakan ikan lokal yang potensial dimanfaatkan.

Lalu, perbaikan formulasi dan kualitas pakan ikan yang diproduksi kelompok gerakan pakan ikan (Gerpari) dan optimalisasi strategi farm feed management.

Pada kesempatan kunjungan ke lokasi budidaya ini, pemerintah menyerahkan secara simbolis bantuan mesin pembuatan pakan ke Kelompok Lele Organik, 1 unit eksavator kepada Koperasi Sumber Bahari, 300 ribu benih ikan lele dan patin dan 30 ton pakan ikan kepada Kelompok Family Farm, bantuan 721 ekor calon induk kepada Kelompok Ranggon Jaya Bersama serta 5 paket budidaya bioflok.

Baca juga: Pabrik pakan milik KKP siap beroperasi di Pangandaran

Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019