Jakarta (ANTARA) - Sejumlah praktisi dan pengamat menilai Indonesia dapat menggandeng negara-negara di Afrika untuk memperluas kerangka kerja sama Indo-Pasifik sehingga pihak tersebut tidak perlu larut dalam perang dagang antara dua digdaya dunia, Amerika Serikat dan China.
Pendapat itu disampaikan sejumlah pembicara dalam seminar terbatas bertajuk "Telaah Strategis dan Kritis tentang Konsepsi Indo-Pasifik di tengah Menajamnya Persaingan Global AS versus China: Perspektif Politik Luar Negeri RI Bebas Aktif" yang diselenggarakan oleh lembaga kajian (think tank) Global Future Institute (GFI) di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Menlu paparkan hasil forum dialog infrastruktur Indonesia-Afrika
"Indo-Pasifik merupakan konsep provokatif yang dicetuskan oleh dominant power (negara adidaya, red) seperti Amerika Serikat. Kerangka kerja sama itu dimanfaatkan negara-negara adidaya untuk mengikutsertakan negara yang tidak terlibat konflik perang dingin, untuk turut serta," kata Direktur Pengkajian Ideologi dan Politik Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) RI, Berlian Helmy, dalam sesi seminar.
Oleh karena itu, menurut Berlian, Indonesia sebagai salah satu pemrakarsa Indo-Pasifik di tingkat Asia Tenggara seyogianya tidak terjebak pada kepentingan perang dingin antara Amerika Serikat dengan China ataupun Rusia. Dengan demikian, Indonesia perlu menggandeng negara-negara di Afrika untuk mengimbangi kekuatan digdaya dunia tersebut.
"Misi Indonesia dalam Indo-Pasifik ini adalah ingin mengembangkan tatanan yang berdasarkan aturan atau rule-based order. Pertanyaannya, aturan itu siapa yang membuat? tentu sekarang negara-negara digdaya. Ini ada keseimbangan yang semu atau asymetric balance. Oleh karena itu, Indonesia perlu mengajak negara-negara lain, khususnya dari Afrika untuk menyeimbangkan dominasi tersebut melalui mengaktifkan kembali beberapa kerangka kerja sama antara Indonesia dengan negara-negara di Afrika," jelas Berlian.
Baca juga: Pengamat: Penguatan ekspor ke negara Afrika sangat diperlukan
Sejalan dengan pendapat Berlian, wartawan senior Mohammad Anthoni memaparkan bahwa Indonesia memiliki kedekatan historis dengan negara-negara Afrika yang telah terjalin sejak era pendirian Gerakan Non Blok pada 1961 dan Konferensi Asia Afrika pada 1955. Kedekatan itu, menurut Anthoni, jadi modal bagi Indonesia untuk membangun negosiasi mengajak negara-negara Afrika turut serta memperluas kerangka kerja sama Indo-Pasifik.
Menurut Kepala Bidang Amerika, Eropa, dan Afrika Badan Instalasi Strategis Pertahanan Kementerian Pertahanan RI, Kolonel Samsul Bahri, keterlibatan Afrika berpeluang mengubah pola dominasi negara digdaya seperti AS dan China dalam strategi geopolitik dunia.
"Saat ini pengaruh China di Afrika cukup besar. Ada banyak infrastruktur vital seperti jalan dan jembatan yang mereka buat secara free (tanpa prasyarat, red) di belantara Kongo, misalnya. Berbeda dengan negara lain, kalau mereka mau membantu banyak syaratnya. China tidak, mereka datang buat jalan, jembatan, tetapi sebagai imbal baliknya, barang mereka pun harus masuk ke negara-negara Afrika dengan mudah," terang Samsul.
Baca juga: Dialog infrastruktur pembawa pesan persaudaraan Indonesia-Afrika
Indo-Pasifik merupakan konsep kerja sama antarbangsa yang sempat dicetuskan pada pertemuan bilateral antara Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan Perdana Menteri India Narendra Modi di Ahmedabad pada 2017. Konsep itu pun kemudian disambut oleh negara-negara dunia, khususnya Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara, dibuktikan dengan disepakatinya ASEAN Outlook (Tinjauan ASEAN) terhadap Indo-Pasifik pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-34 di Bangkok pada Juni 2019.
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019