Jakarta,(ANTARA News)- "Kamu kan bilang mau bikin rumah, tapi kenapa kamu pulang membawa rumah kamu sendiri". Kata-kata tersebut terucap dari Tyarma (60), ibu kandung Ariel Somba Sitanggang (34), ketika pertama kali melihat jenazah putra kesayangan tiba dirumah duka, Jumat malam. Dengan wajah yang sangat sedih dan linangan air mata, wanita paruh baya tersebut mengusap-ngusap peti jenazah putranya yang telah dinanti kabarnya sejak tiga bulan yang lalu. Tyarma akhirnya mendapati, putranya telah tidak bernyawa lagi, meninggal tragis; dibunuh dan mayatnya dikubur dengan tidak wajar. Tyarma tidak bisa menahan gejolak kesedihan didalam dirinya dan langsung terkulai lemas. Keluarga berusaha menenangkan dirinya dengan menghibur agar tidak larut dalam duka. Tyarma mengucapkan kalimat tersebut karena teringat kata-kata terakhir Ariel yang meminta izin kepadanya pada 23 April 2008 pergi ke Surabaya untuk membangun rumah. Namun sejak saat itu tidak ada berita lagi, hingga mendengar kabar telah tewas. Pihak keluarga lainnya seperti kakaknya, Ganda Sitanggang juga tidak bisa menahan rasa duka yang mendalam sehingan linangan air mata tidak terasa telah jatuh di pipinya. "Saya sudah ikhlas dengan kepergian adik saya," katanya dengan nada sedih. Jenazah Arielpun kemudian diberkati oleh keluarga dengan doa-doa, yang mengiringi kepergiannya untuk selama-lamanya. Tampak di atas peti jenazah Ariel karangan bunga berwarna kuning dan putih bertanda salib. Jenazah Ariel tiba di rumah orang tuanya di Jalan Raya Bogor Kilometer 33, RT 01/02, Nomor 39, Kelurahan Curug, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat, pukul 18.15 WIB. Dengan kendaraan jenazah Yayasan Subur Jaya dengan nomor polisi B 7120 WI. Ketika mobil jenazah tiba di lokasi isak tangis dan suasana haru langsung terdengar di rumah yang terletak persis di pinggir jalan Raya Bogor tersebut. Warga sekitar yang ingin menyaksikan jenazah Ariel membludak hingga rumah duka tersebut tidak bisa menampung kehadiran warga sekitar. Akibatnya suasana jalan raya Bogor, terutama di depan rumah duka tersebut menjadi macet. Kepolisan tampak berjaga-jaga untuk mengatur arus lalu lintas. Pada Sabtu (2/8) pukul 10.00 WIB itu, jenazah Ariel telah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Rangon Jakarta Timur. "Jenazah Ariel dimakamkam satu liang dengan makam ayahnya (alm) Albert P. Sitanggang yang telah meninggal sejak tahun 2002," kata Mauritz Sitanggang, kakak ipar Ariel. Sebelum dimakamkan jenazah Ariel diberkati terlebih dahulu di GPIB Bethani, dan dilepas dengan adat Tapanuli. Sedangkan kakak kandung Ariel, Dion Sitanggang menjelaskan adiknya merupakan anak yang sangat terbuka dan selalu menceritakan apa yang dialaminya. Dion menjelaskan pihak keluarga tidak sempat mengenal Ryan yang diduga membunuh Ariel, karena perkenalan antara Ariel dan Ryan hanya seminggu, dan pada 23 April 2008, Ariel pamit kepada keluarga untuk pergi ke Surabaya menemani Ryan yang ingin membangun rumah. "Saya juga bingung biasanya Ariel tidak percaya begitu saja kepada orang yang baru dikenal. Ia orangnya kritis dan tidak mudah percaya. Kemungkinan dia dihipnotis agar mau ikut Ryan," paparnya. Menurut dia, terakhir kali Ariel menghubungi Ibunya yaitu pada 23 April 2008, ketika itu ia memberi kabar akan ke Surabaya bersama Ryan, dan akan memberi kabar ketika sudah sampai di Surabaya. "Ketika itu Ariel menelpon dari stasiun Gambir," jelas Dion. Namun lanjut Dion ketika ibunya mencoba untuk menghubungi Ariel pada hari itu juga teleponnya tidak bisa dihubungi. Pada hari ketiga, ketika menelpon Ariel ada nada sambung dan diangkat oleh Noval, namun langsung dimatikan, sejak itu telepon genggam Ariel tidak bisa dihubungi. Ariel kata Dion merupakan sosok anak yang dekat dan terbuka dengan keluarga. Ia juga berperilaku normal jauh dari sifat feminim ataupun berprilaku homoseksual. "Pacar wanitanya pernah datang ke rumah," jelasnya. Lebih lanjut Dion mengatakan Ariel merupakan lulusan dari IPB Bogor, ia kuliah sejak tahun 1993 dan lulus 1998. Setelah lulus kuliah ia pernah bekerja sebagai Kepala Toko di Gramedia, dan terakhir bekerja sebagai agen property.(*)

Oleh Oleh Feru Lantara
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008