Pesawat generasi berikutnya yang sedang dikembangkan oleh Korea Aerospace Industries (KAI) dirancang untuk menjadi alternatif yang lebih murah, kurang tersembunyi dibandingkan F-35 buatan AS, dan rencananya kelak mengganti sebagian besar jet tempur dan produk Korea Selatan yang lebih tua serta lebih banyak untuk ekspor.
Mock-up ini ditampilkan pada Senin di Seoul International Aerospace and Defense Exhibition (ADEX).
Baca juga: Selesainya negosiasi IK-CEPA tonggak penting hubungan Indonesia-Korsel
Korea Selatan telah memesan 40 pesawat F-35A canggih dari Amerika Serikat, yang pertama tiba tahun ini.
Korea Utara telah mengutuk pembelian F-35 oleh Korea Selatan, serta pengembangan senjata canggih lainnya.
KAI saat ini sedang memproduksi prototipe KF-X dan berencana untuk melakukan pengujian darat dan uji penerbangan masing-masing pada tahun 2021 dan 2022, kata pejabat perusahaan.
"Di sisi lain mereka membuat kemajuan yang baik, tetapi ada tanda-tanda tantangan dalam program ini," kata Greg Waldron, redaktur pelaksana Asia untuk FlightGlobal, sebuah publikasi yang mencakup industri dirgantara.
Di antaranya adalah dorongan Indonesia untuk menegosiasikan kembali bagaimana ia akan membayar sebagian dari biayanya, dan memasuki pasar ekspor yang penuh dengan alternatif yang sudah mapan, kata Waldron.
Baca juga: Dubes Kim berharap IK-CEPA tingkatkan interaksi bisnis RI-Korsel
"Dengan program ambisius ini Anda benar-benar harus menyebarkan biaya di antara banyak mitra," katanya. "Mereka bisa menjual beberapa di sana-sini, tetapi masalahnya adalah mereka akan agak terlambat ke pasar dan sudah ada banyak pesawat kuat di luar sana."
Korea Selatan dan Indonesia sepakat pada 2014 untuk bersama-sama mengembangkan KF-X dalam proyek senilai 7,5 triliun won ($ 6,33 miliar) dengan Jakarta setuju untuk membayar 20 persen dari biaya.
Namun tahun lalu, Indonesia berusaha untuk melakukan negosiasi ulang untuk mengambil tekanan dari cadangan devisa dan sejak itu menawarkan untuk membayar bagiannya dari biaya dalam bentuk barter.
Program KF-X juga mengalami hambatan ketika Korea Selatan terpaksa mengembangkan beberapa teknologi utama setelah Amerika Serikat menolak untuk memberikan persetujuan untuk penggunaan beberapa sistem, seperti radar, yang sekarang sedang dikembangkan oleh Hanwha Systems.
Namun KAI mengatakan proyek ini mengalami kemajuan, dan membantu Korea Selatan membangun program pesawat sebelumnya.
"Kami tidak dapat melakukan KF-X jika kami tidak memiliki pengalaman dalam membangun T-50 dan FA-50," kata seorang pejabat senior perusahaan, yang berbicara dengan syarat anonim karena ia tidak berwenang untuk berbicara kepada media. "Kami maju selangkah demi selangkah."
( 1$ = 1.185.6500 won)
Baca juga: Indonesia-Korsel siap buat jet tempur, tunggu lisensi AS
Sumber: Reuters
Penerjemah: Maria D Andriana
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019