“Kita biasa dihambat oleh jarak yang jauh, konektivitas yang sulit, di samping ada hambatan baik tarif maupun non-tarif. Karena itu, kita membuat terobosan melalui forum ini untuk mengintensifkan interaksi para pelaku bisnis,”

Tangerang (ANTARA) - Hubungan ekonomi antara Indonesia dan negara-negara Amerika Latin serta Karibia perlu ditingkatkan karena kedua pihak memiliki potensi ekonomi yang besar, tetapi hal itu belum digarap secara maksimal untuk kerja sama konkret.

Kawasan Amerika Latin dan Karibia memiliki potensi ekonomi yang besar dengan populasi sekitar 630 juta jiwa dan total produk domestik bruto (PDB) sebesar 5,78 triliun dolar AS pada 2018.

Sementara Indonesia yang merupakan negara berpenduduk terbesar keempat dunia, diproyeksikan akan menduduki peringkat keenam dunia dari sisi PDB berdasarkan paritas daya beli (purchasing power parity/PPP) pada 2023. Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan PDB Indonesia akan meningkat dari 3,5 triliun dolar AS pada 2018 menjadi 4,97 triliun dolar AS.

“Namun, hubungan ekonomi dengan Indonesia masih kurang, meskipun potensinya sangat besar,” kata Duta Besar Meksiko untuk Indonesia Armando G Alvarez dalam pembukaan Forum Bisnis Indonesia-Amerika Latin dan Karibia (INA-LAC) 2019 di Serpong, Banten, Selasa.

Meskipun terdapat banyak potensi, total perdagangan Indonesia dengan negara-negara Amerika Latin dan Karibia baru mencapai 7,58 miliar dolar AS atau 0,35 persen dari total perdagangan kawasan tersebut dengan dunia.

Baca juga: Indonesia jajaki perdagangan multisektor dengan Amerika Latin, Karibia

“Kami tentu tidak puas dengan angka tersebut, itulah alasannya pelaku bisnis dari 17 negara Amerika Latin dan Karibia berkumpul di sini untuk mengeksplorasi peluang kerja sama perdagangan dan investasi,” tutur Armando.

Dihadiri oleh lebih dari 200 pelaku bisnis dari Amerika Latin dan Karibia serta Indonesia, forum bisnis tersebut bertujuan membangun kerja sama ekonomi yang konkret dan memperluas jejaring bisnis melalui kegiatan business matching.

Forum Bisnis INA-LAC diinisiasi oleh Indonesia sebagai upaya mengeksplorasi potensi pasar non-tradisional, terutama di kawasan Amerika Latin dan Karibia yang tantangan utamanya adalah jarak geografi serta tarif.

Baca juga: Indonesia perluas ekspor ke Amerika Latin-Karibia

“Kita biasa dihambat oleh jarak yang jauh, konektivitas yang sulit, di samping ada hambatan baik tarif maupun non-tarif. Karena itu, kita membuat terobosan melalui forum ini untuk mengintensifkan interaksi para pelaku bisnis,” kata Wakil Menteri Luar Negeri RI A.M. Fachir.

Melalui Forum INA-LAC, diharapkan berbagai hambatan tersebut dapat dikurangi mengingat peningkatan hubungan ekonomi antara Indonesia dan negara Amerika Latin serta Karibia sangat penting diupayakan di tengah situasi ekonomi global yang sangat dinamis.

Sejauh ini, Indonesia hanya memiliki perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif (CEPA) dengan satu negara Amerika Latin, yakni Chile. Melalui IC-CEPA yang mulai berlaku 10 Agustus 2019, sebanyak 80,3 persen pos tarif Chile dan 86,1 persen pos tarif Indonesia dihapus.

Saat ini, Indonesia sedang menjajaki negosiasi CEPA dengan Peru, negosiasi perjanjian perdagangan istimewa (preferential trade agreement/PTA) dengan Ekuador, serta CEPA dengan blok perdagangan MERCOSUR yang beranggotakan Brazil, Argentina, Paraguay, dan Uruguay.

Baca juga: INA-LAC 2019 targetkan capai kesepakatan bisnis 12 juta dolar AS

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2019