Subang, (ANTARA News) - Kasus pembunuhan serta mutilasi yang diduga dilakukan Ryan adalah akibat informasi-informasi yang menyesatkan terus bermunculan sehingga mendorong orang untuk berbuat semaunya. "Ada orang yang selama ini dikenal pendiam seperti Ryan yang ternyata bisa membunuh belasan orang. Selain itu, juga ada kasus seorang anak membunuh ibu kandungnya," kata Menpora Adhyaksa Dault ketika menghadiri Tabliq Akbar di Pondok Pesantren As-Syifa di Kabupaten Subang, Jumat malam. Adhyaksa mengemukakan, kasus mutilasi dan pembunuhan berantai itu merupakan atau mencerminkan bahwa masyarakat masih sering menerima informasi begitu saja. Ryan diduga telah membunuh belasan orang yang kemudian dimakamkan di sekitar rumahnya, di Jombang, Jawa Timur. Menpora menyebutkan pula, informasi yang menyesatkan antara lain bermunculan dari film-film serta sinetron yang mayoritas memperlihatkan, hal-hal yang berkaitan dengan seks, hal-hal mistis dan kekerasan. "Sembilan dari 10 film-film yang beredar memperlihatkan hal-hal mistis serta tidak masuk akal," katanya. Sekalipun masyarakat sering memprotes film-film mistik serta hal-hal yang berkaitan dengan seks dan kekerasan, namun ternyata masih banyak produser serta sutradara yang ingin tetap membuat film serta sinetron dengan tema-tema tersebut. Mereka berdalih bahwa larangan pembuatan film yang berlatar belakang mistis, kekerasan dan seks adalah bertentangan dengan hak azasi mereka. "Karena itu, pondok-pondok pesantren harus mampu melahirkan produser serta sutradara yang Islami," kata Menpora sambil berulang kali mengutip ayat-ayat dari kitab suci Alqur`an. Adhyaksa juga mengatakan, pondok pesantren harus bisa melahirkan ulama-ulama yang benar-benar Islami. Selama ini, di tanah air, kata dia, masih banyak muncul pemimpin serta ulama yang ternyata, tindakan mereka itu tidak sesuai dengan harapan masyarakat.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008