Jumlah pasien muntaber khususnya balita meningkat drastis selama Oktober 2019, kata Direktur RSUD Muara Teweh Dwi Agus Setijowati melalui Humas RSUD Muara Teweh Agus Redha, Selasa.
Penderita diare pada September tercatat 45 pasien, sedangkan Oktober menjadi 94 pasien.
"Hampir semuanya pasien muntaber para bayi. Hanya satu pasien dewasa di ruang Tulip," katanya.
Baca juga: Pemkab Gorontalo Utara diminta bergerak cepat atasi wabah muntaber
Baca juga: Korban meninggal akibat muntaber di Gorontalo Utara masih bertambah
Menurut dia, pasien muntaber berasal dari berbagai kecamatan di wilayah Kabupaten Barito Utara. Peningkatan pasien muntaber membuat pihak RSUD Muara Teweh harus menyediakan tempat tidur ekstra di selasar, karena ruang rawat inap Mawar Kelas III dan II penuh.
"Pagi ini 10 pasien muntaber di ruang kelas III diperbolehkan pulang. Tersisa sembilan orang yang masih dirawat," kata seorang petugas medis di Lantai IV RSUD Muara Teweh menambahkan.
Bagi pasien muntaber yang harus menjalani rawat inap di ruang Mawar Kelas II, karena Kelas III penuh dan tidak dikenakan biaya tambahan. Mereka membayar sesuai tarif BPJS untuk Kelas III. Begitu pula bagi pasien pemegang Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) tak dipungut biaya.
"Anak saya sudah dirawat dua hari dua malam, karena terserang muntaber. Usianya 10 bulan. Saya disuruh segera membawa ke Muara Teweh, karena kalau terlambat bisa berbahaya. Kami datang dari Benao, Kecamatan Lahei Barat," kata warga bernama Sudharto.*
Baca juga: Gorontalo Utara tetapkan KLB kasus diare massal
Baca juga: Korban meninggal akibat muntaber Di Gorontalo Utara bertambah
Pewarta: Kasriadi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019