Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia mendorong solidaritas dunia Islam untuk meningkatkan kesejahteraan warga muslim di seluruh dunia dan menghindari konflik. "Sebagian dari negara-negara di dunia Islam menikmati keuntungan yang luar biasa, akumulasi kekayaan yang begitu besar akibat kenaikan harga minyak yang tinggi, seharusnya kekayaan itu bisa dibagi kepada negara-negara Islam lain yang membutuhkan," kata Menteri Luar Negeri RI Hassan Wirajuda ketika ditemui seusai penutupan Konferensi Internasional Cendekiawan Islam (ICIS) III di Jakarta, Jumat. Menlu mengatakan pembagian itu bukan sekedar dalam bentuk sedekah atau amal tetapi lebih pada mendorong investasi di negara sesama berpenduduk muslim sehingga dapat turut memajukan ekonomi negara-negara muslim. "Kita harus realistis bahwa pada akhirnya ekonomi menjadi dasar," ujarnya. Namun, lanjutnya, negara-negara berkembang dan terbelakang hendaknya juga harus menyiapkan diri untuk lebih kompetitif agar modal asing termasuk dari negara-negara Timur Tengah yang kekayaannya melimpah dapat masuk. "Karena itu harus ditingkatkan daya saing, karena mereka (negara-negara kaya) tidak akan serta merta berinvestasi kecuali memang menguntungkan," ujarnya. Selain mendorong solidaritas antarnegara muslim, Menlu juga mengatakan bahwa pemerintah setiap negara hendaknya juga memprioritaskan pembangunan ekonominya. Sekalipun menyebut faktor ekonomi sebagai salah satu penyebab konflik, namun Menlu juga mengakui bahwa ada juga konflik yang disebabkan oleh pihak luar seperti yang terjadi di Palestina. Pada kesempatan sebelumnya, Wakil Perdana Menteri Pemerintah Transisi Somalia Salim Alio Ibro` menyeru negara-negara Islam untuk turut mendukung dan membantu upayanya membangun kembali Somalia. "Kami menyeru saudara-saudara kami sesama muslim untuk mendukung secara penuh upaya Somalia untuk membangun kembali Somalia dan mengembalikan nama negeri ini di kancah internasional," katanya. Menurut dia, konferensi ICIS yang melibatkan perwakilan dari berbagai negara Islam merupakan tempat yang tepat untuk menyuarakan kebutuhan masyarakat Somalia kepada pemerintah dan organisasi lokal dalam hal kemanusiaan, sosial dan keamanan. Sebelumnya, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan 40 persen populasi muslim dunia masih buta huruf dan hidup di bawah garis kemiskinan dengan penghasilan kurang dari satu dolar AS per hari. Negara muslim juga hanya menyumbang tujuh persen nilai perdagangan dunia. Sebagai kelompok penyuplai 70 persen energi dunia dan 40 persen bahan mentah, menurut Presiden Yudhoyono, negara-negara muslim seharusnya dapat bersatu dan berbuat lebih banyak untuk dunia.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008