Jakarta, (ANTARA News) - Indonesia akan meminta Pakistan menurunkan tarif impor minyak sawit mentah (CPO) dari Indonesia sehingga dapat bersaing dengan produk CPO Malaysia. "Pakistan memberlakukan bea masuk (BM) untuk impor CPO, tapi untuk impor dari Malaysia ada diskon sekitar 10 persen sementara dari Indonesia tidak ada diskonnya," kata Deputi Menko Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan, Bayu Krisnamurthi di Jakarta, Jumat. Menurut dia, akibat perlakuan yang berbeda, volume ekspor CPO Indonesia ke Pakistan selama 6 bulan terakhir turun hingga 350 ribu ton dan Indonesia kehilangan pendapatan hampir Rp800 miliar. Ia menyebutkan, akibat perlakuan berbeda itu, harga CPO Indonesia lebih mahal sekitar 17 dolar AS per ton dibanding harga CPO Malaysia. Pakistan, menurut dia, merupakan poin penting bagi Indonesia karena negara itu menjadi pintu masuk bagi ekpor CPO Indonesia ke sejumlah negara Asia Tengah seperti Afganistan, Kirgistan, Kazaktan, dan lainnya. "Itu cukup besar permintaannya kita sedang coba selesaikan, mudah-mudahan Agustus ini sudah selesai pembahasannya dan misi dagang dikirim ke sana sehingga kita bisa dapatkan langkah-langkah strategis untuk mengatasinya," katanya. Ia menyebutkan, pangsa ekspor CPO Indonesia dan Malaysia dalam beberapa bulan sebelumnya masih imbang sekitar 50 persen, tapi saat ini pangsa CPO Malaysia ke Pakistan sudah mendekati 65 persen. "Jadi ekspor Indonesia ke sana turun sampai 35 persen. Itu volumenya, bukan dari nilainya," katanya. Ia menyebutkan, total ekspor CPO Indonesia mencapai sekitar 12 juta ton per tahun, sementara total produksi tahun 2008 diperkirakan mencapai 18 juta ton. Ekspor terbesar selama ini ke China, India, dan Amerika Serikat. Menurut dia, meskipun ekspor CPO Indonesia ke Pakistan tidak seberapa dibanding total ekspor, namun Indonesia harus mengembangkan pasar-pasar non tradisional, menyusul makin banyaknya persyaratan ekspor CPO ke pasar tradisional seperti Eropa. "Eropa mengajukan persyaratan makin berat untuk CPO kita, sehingga kita harus lebih mengembangkan pasar non tradisional," katanya. (*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008