Sorong (ANTARA) - Jaringan Backbone Telekomunikasi atau lebih dikenal dengan Palapa Ring, yang merupakan jaringan serat optik untuk menghidupkan wilayah Indonesia akan menjawab kesulitan telekomunikasi di pelosok Papua.
Direktur Keuangan Bakti Ahmad Juhari usai video conference peresmian Palapa ring di Sorong, Senin, menyatakan bahwa daerah terluar, terdepan, dan tertinggal wilayah Indonesia sering mengalami kesulitan mendapatkan akses telekomunikasi.
Dia mengatakan, kesulitan medan pembangunan dan tingginya biaya akses telekomunikasi membuat wilayah 3T terlebih khusus di Papua sulit untuk menjangkau informasi dan layanan dasar.
Baca juga: Rudiantara: Palapa Ring Timur selesai
Karena itu, kata dia, konsep jaringan Backbone Telekomunikasi inilah yang menghidupkan akses telekomunikasi di wilayah terpencil Indonesia tersebut.
Menurut dia, Palapa Ring merupakan proyek strategis nasional pembangunan jaringan yang menghubungkan seluruh kota dan kabupaten di Indonesia dengan jaringan serat optik.
Proyek ini, katanya, bertujuan untuk pemerataan akses dan harga layanan sehingga merata di seluruh Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Baca juga: Gubernur apresiasi program Palapa Ring Timur di Maluku
Dikatakan bahwa proyek palapa ring merupakan proyek dengan skema KPBU yaitu kerjasama pemerintah dan badan usaha dengan menghubungkan kabel serat optik sepanjang 12000 km dari Barat hingga Timur Indonesia.
Ia menyampaikan bahwa Palapa Ring Barat sudah beroperasional sejak Maret 2018. Kemudian Palapa Ring Tengah selesai bulan Desember 2018 dan Palapa Ring Timur yang digelar melalui NTT, Maluku kemudian Papua itu sudah diselesaikan sejak bulan Agustus 2019.
"Kehadiran palapa ring diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya di Papua dan Papua Barat untuk mendukung pencapaian menuju Indonesia merdeka sinyal di tahun 2020," tambah dia.
Baca juga: Mengenal Palapa Ring, penyatu telekomunikasi Indonesia
Baca juga: Kembangkan 4G di Papua dan Indonesia Timur, Indosat andalkan Palapa Ring
Pewarta: Ernes Broning Kakisina
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019