PBB, (ANTARA News) - Sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Kamis memutuskan memperpanjang mandat pasukan PBB-Uni Afrika di Darfur di tengah menit-menit terakhir debat mengenai kemungkinan dijatuhkannya dakwaan genosida terhadap presiden Sudan. Menjelang pemungutan suara, ke-15 anggota Dewan Keamanan meninjau kembali rancangan resolusi Inggris untuk memperpanjang mandat pasukan pemelihara perdamaian PBB-Uni Afrika (UNAMID) selama setahun lagi sejak Kamis. Para diplomat mengatakan, delegasi AS mengemukakan keberatan pada jam kesebelas untuk menyelaraskan bahasa yang disepakati Kamis, karena terdapat perbedaan tajam mengenai sebutan menunda keputusan oleh Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) mengenai apakah akan menahan Presiden Sudan Omar al-Beshir dengan tuduhan genosida. Suatu perubahan diusulkan oleh Afrika Selatan dan Libya mengenai atas nama Uni Afrika yang tidak termasuk di dalam rancangan akhir, yang justru memasukkan bahasa kompromi catatan komunike Uni Afrika 21 Juli yang melontarkan kekhawatiran bahwa, tuduhan Beshir bisa membahayakan proses perdamaian Darfur. Pernyataan itu meminta Dewan Keamanan menunda setahun, membarui kembali, berdasarkan Pasal 16 Statuta Roma yang dibentuk ICC, suatu tuntutan terhadap Beshir yang diajukan oleh ketua penuntut ICC Luis Moreno-Ocampo. Moreno-Ocampo meminta Beshir ditahan atas tuduhan memerintahkan angkatan bersenjatanya melenyapkan tiga kelompok etnis di Darfur, dalang pembunuhan, penyiksaan, perampasan dan pemerkosaan yang berkaitan dengan genosida. Dutabesar Inggris di PBB John Sawers berpendapat, yang penting fokus persidangan sekarang adalah akan diperbaruinya mandat UNAMID serta menunjukkan dukungan yang solid Dewan Keamanan terhadap misi tersebut. Berdasarkan mandat, hanya sepertiga dari 26.000 petugas UNAMID yang dikirimkan ke Darfur. Misi ini mengatakan bahwa pihaknya memerlukan 24 alat transportasi dan helikopter-helikopter tempur untuk melindungi penduduk sipil. Rancangan juga menandaskan pentingnya peningkatan kemampuan batalion UNAMID yang akan digelar di Sudan dari Uni Afrika, serta batalion-batalion lainnya. PBB mengatakan lebih dari 300.000 orang telah tewas dan lebih dari 2,2 juta lainnya meninggalkan tempat-tempat tinggal mereka sejak konflik berkecamuk di Darfur pada Februari 2003. Sedangkan pihak Sudan mengatakan, hanya 10.000 orang yang tewas, demikian diwartakan AFP.(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008