Dengan proses kreatif selama kurang lebih lima bulan, Didiet mengatakan ia dan tim harus melakukan desain serta pewarnaan kain tenun yang didominasi warna ungu dan cokelat bertajuk "purnama" itu.
"Proses kreatifnya agak cepat, ya, kurang lebih sekitar lima bulan. Tenunnya sekitar satu bulan dan kita juga pararel untuk desainnya," kata Didiet di sela-sela peluncuran seragam tematik "Puspa Nusantara" di The Tribata, Dharmawangsa, Senin.
Selain cepatnya proses kreatif dan kesan visual yang menarik serta berbeda, desainer dan pemilik produk fesyen IKAT itu mengatakan dirinya juga harus mengedepankan sisi fungsi di setiap seragam awak kabin.
"Dari sisi fungsionalnya juga harus kita perhatikan, misalnya untuk keamanan, mereka (maskapai) punya marka-markanya," kata Didiet.
"Keamanan misalnya, panjang lengan jangan sampai terlalu lebar dan panjang, untuk mencegah lengannya jatuh ke makanan. Kain bawahnya juga masih bisa digunakan di situasi darurat, karena di kain itu ada sistem karet dan bisa dibuat pramugari untuk berlari," lanjut dia.
Seragam untuk pramugari Garuda Indonesia Didiet desain dengan sentuhan ala kebaya Kartini yang telah dimodifikasi.
Pada kebaya tersebut, ia mengaplikasikan kain tenun untuk sabuk, yang terinspirasi oleh "senteng", sabuk kain ikat yang merupakan elemen penting pada pakaian adat perempuan Bali.
Sedangkan untuk pramugara, Didiet menyematkan sedikit tenun pada bagian saku dan leher sehingga memberi kesan elegan.
Sementara itu, jadwal khusus penerbangan Garuda Indonesia yang akan dilayani oleh awak kabin berseragam tematik ini dijadwalkan akan dimulai pada Jumat (18/10) dan Minggu (20/10) untuk beberapa rute seperti Jakarta-Yogyakarta dan Jakarta-Denpasar.
Baca juga: "Puspa Nusantara", seragam tematik awak kabin Garuda Indonesia
Baca juga: Didiet Maulana kawinkan tenun dengan Mickey Mouse
Baca juga: Desainer Didiet Maulana tuangkan ilmu siaran dalam rancangan
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019