Washington, (ANTARA News) - Para pejabat AS dan Israel membahas upaya diplomatik dan sanksi keuangan untuk mencegah Iran membuat senjata nuklir, demikian pernyataan Departemen Luar Negeri AS. Barat menuduh Iran berusaha membuat senjata nuklir dengan kedok program sipil; Iran membantahnya. Telah tersiar spekulasi bahwa baik Amerika Serikat maupun Israel dapat menyerang instalasi nuklir Iran, meskipun kedua negara itu telah menyatakan kekerasan mesti menjadi pilihan terakhir, demikian diwartakan Reuters. Pernyataan singkat tersebut, yang dikeluarkan setelah pembicaraan antara para pejabat dari Amerika Serikat dan Israel di Washington, tak menyatakan apa-apa mengenai kemungkinan penggunaan kekuatan terhadap Iran. "Amerika Serikat dan Israel memiliki keprihatinan mengenai program nuklir Iran, dan delegasi kedua negara itu membahas berbagai langkah guna memperkuat upaya diplomatik dan tindakan keuangan untuk mencegah Iran mengembangkan kemampuan senjata nuklir," demikian isi pernyataan tersebut. Pernyataan itu tak memberi perincian mengenai tindakan yang dibahas. "Kami juga menegaskan kembali tekad timbal-balik untuk menanggulangi dukungan Iran bagi aksi teror," kata pernyataan itu, yang dikatakan Departemen Luar Negeri AS akan dikeluarkan oleh Amerika Serikat dan Israel. Negara Barat memberi Iran waktu dua pekan dari 19 Juli guna menanggapi tawaran mereka untuk menghentikan pemberlakuan sanksi lebih lanjut atas Iran, kalau Teheran mau membekukan perluasan kegiatan nuklirnya. Pemimpin Spiritual Iran Ayatollah Ali Khamenei, Rabu, mengatakan Iran akan melanjutkan jalur nuklirnya. Israel diduga sebagai satu-satunya negara yang memiliki simpanan senjata nuklir, meskipun negara itu tak pernah mengkonfirmasi memiliki senjata nuklir. Israel secara resmi berkeras negara itu "takkan menjadi negara pertama yang memiliki senjata nuklir di wilayah tersebut". Pembicaraan AS-Israel tersebut adalah bagian dari konsultasi rutin antara kedua negara itu, yang dikenal dengan nama "dialog strategis". Delegasi kedua negara tersebut dipimpin oleh Wakil Menteri AS urusan Politik Bill Burns dan Wakil Perdana Menteri Israel Shaul Mofaz. Mofaz dipandang sebagai orang yang mungkin menjadi pengganti Perdana Menteri Israel Ehud Olmert, yang berencana meletakkan jabatan setelah partainya memilih seorang pemimpin September. Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak mengatakan di New York pekan ini bahwa sanksi keras mesti digunakan guna mencegah Iran membuat senjata nuklir, tapi menambahkan tak ada pilihan yang boleh dikesampingkan. (*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008