New York, (ANTARA News) - Dolar AS melemah terhadap mata uang utama lainnya Kamis waktu setempat, atau Jumat pagi WIB, terpukul sebuah laporan pertumbuhan ekonomi AS yang lebih lemah dari perkiraan dan inflasi zona euro mencapai skala rekor tertinggi.
Dolar kehilangan momentum setelah departemen perdagangan AS melaporkan pertumbuhan ekonomi kuartal kedua meningkat 1,9 persen. Meski membaik dari angka revisi pertumbuhan kuartal pertama 0,9 persen, namun jauh di bawah prediksi pasar 2,3 persen.
Mata uang tunggal Eropa dipindahtangankan pada 1,5599 dolar AS sekitar 2100 GMT, naik dari 1,5575 dolar pada akhir Rabu.
Dolar juga turun terhadap mata uang Jepang, menjadi 107,87 yen dari 108,12 yen sehari sebelumnya.
Meski terakhir menguat, produk domestik bruto (PDB) tampak mengecewakan pasar uang dan pasar modal.
Laporan dirilis sehari sebelum pemerintah merilis laporan bulanan pasar kerja yang diperkirakan akan menunjukkan penurunan pekerjaan untuk kali ketujuh bulan berturut-turut pada Juli.
Pertumbuhan ekonomi AS terganjal oleh melambungnya harga minyak, meski dalam beberapa pekan terakhir turun dari rekor tertinggi diatas 147 dolar AS per barrel pada 11 Juli, merosotnya pasar perumahan dan kredit seret.
Para pedagang menjauhi dolar pada Kamis di tengah kecemasan bahwa melemahnya ekonomi akan mendorong Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga utamanya pada 2,0 persen pada pertemuan Selasa depan.
Sementara euro mendapat dukungan dari terus meningkatnya inflasi di zona euro, sebuah kecenderungan yang dapat mendorong Bank Sentral Eropa (ECB) menaikkan tingkat suku bunga acuannya, yang membuat mata uang euro lebih menarik bagi para investor.
Data yang dirilis Kamis menunjukkan bahwa inflasi tahunan zona euro telah mencapai rekor tertinggi baru 4,1 persen pada Juli, naik dari 4,0 persen pada Juni.
Dalam perdagangan terakhir di New York, dolar dikutip pada 1,0474 franc Swiss, turun dari 1,0479 franc pada Rabu. Pound Inggris naik menjadi 1,9836 dolar dari 1,9817 dolar. (*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008