Jadi mereka melihat membakar itu lebih efektif waktu kemarau sehingga sepertinya pergerakan pembakaran hutan lebih masif pada tahun ini.
Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan berdasarkan pantauan satelit, jumlah titik panas pada tahun ini melampaui angka yang tercatat pada Tahun 2018 dan untuk beberapa wilayah tertentu juga angkanya melampaui dibandingkan 2015, yang mencatatkan fenomena el-nino cukup kuat dan kebakaran hutan masif pada saat itu.
"Jika kita bandingkan dengan tahun sebelumnya, misalkan, hotspot tahun ini termasuk melampaui. Sudah melampaui kondisi hotspot pada 2018," kata Kasubdit Analisis Informasi Iklim BMKG Adi Ripaldi saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.
Dia mencontohkan Wilayah Riau yang mencatatkan 4.965 titik panas pada 2015, tetapi pada tahun ini wilayah tersebut mencatat sampai 7.257 titik panas.
Demikiah halnya dengan Jambi yang mencatatkan 5.164 titik panas, tetapi pada tahun ini angkanya bertambah menjadi 7.941 titik panas.
Berikutnya, Kalimantan Barat yang juga meningkat dari 6.156 pada 2015 menjadi lebih dari angka tersebut, tidak menyebutkan jumlahnya secara pasti.
Sementara Kalimantan Tengah juga mencatatkan peningkatan jumlah titik panas dari 21.809 pada 2015 menjadi 24.902 titik panas pada tahun ini.
Ia memperkirakan kondisi kemarau yang kering dan panjang tampaknya dimanfaatkan oleh pembakar hutan sehingga titik panas di wilayah tertentu di Kalimantan dan Sumatera jumlahnya melampaui angka pada 2015.
"Jadi mereka melihat membakar itu lebih efektif waktu kemarau sehingga sepertinya pergerakan pembakaran hutan lebih masif pada tahun ini," katanya.
Baca juga: Di sejumlah daerah BNPB sebutkan titik panas kembali naik
Baca juga: Titik panas di Sumatera Selatan melonjak capai 610 hotspot
Baca juga: Titik panas di Sumatera Selatan tetap muncul meski sudah hujan
Pewarta: Katriana
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019