Singapura (ANTARA News) - Harga minyak dunia mengalami penurunan tipis di perdagangan Asia, Kamis, setelah mengalami 'rebound' lebih dari empat dolar akibat penurunan tajam tak terduga dalam stok energi Amerika Serikat, para analis menyatakan. Kontrak utama New York minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman September turun 11 sen menjadi 126,66 dolar per barel. Kontrak sempat naik 4,58 dolar menjadi 126,77 dolar pada penutupan perdagangan Rabu di bnursa komoditas New York Mercantile Exchange (NYMEX). Minyak mentah Laut Utara Brent untuk pengiriman September turun 12 sen menjadi 126,98 dolar per barel, menyusul kenaikan 4,39 dolar per barel menjadi 127,10 dolar pada Rabu di london. Data Departemen Energi AS (DoE) Rabu menunjukkan, cadangan energi terutama bensin atau bahan bakar minyak menyusut 3,5 juta barrel dalam pekan yang berakhir 25 Juli 2008. Penurunan stok BBM ini mengejutkan para pedagang, karena pasar memperkirakan cadangan BBM untuk sepekan tersebut naik 400.000 barrel, tulis laporan mingguan reguler DoE, seperti dikutip AFP. DoE menambahkan bahwa cadangan minyak mentahnya juga turun 100.000 barrel. Ini adalah penurunan kedua kalinya dalam sepekan berturut-turut dan dibandingkan dengan konsensus para analis yang memperkirakan turun 1,25 juta barrel. Thierry Lefrancois, seorang analis dari Natixis mengatakan bahwa "penurunan besar bensin berada di belakang langkah besar ini" dalam harga. Antoine Halff, analis dari Newedge Group menambahkan, pasar dikejutkan oleh penurunan stok bensin, yang memicu sebuah "rally" yang refleks. Halff mengatakan pasar mendatang menghadapi masa penurunan permintaan, tercermin dari penurunan konsumsi minyak AS 2,4 persen dalam empat pekan lalu. "Itu jelas bahwa konsumsi minyak sedang melambat" sebagai respon atas melemahnya kondisi ekonomi, katanya. "Permintaan jauh di bawah rata-rata dalam lima tahun lalu." Harga minyak pada awal perdagangan Rabu sempat melemah di tengah kecenderungan penurunan dan berlanjutnya kekhawatiran pasar tentang melemahnya permintaan minyak di AS. Minyak mentah Brent masih sekitar 20 dolar AS di bawah rekor tertinggi 147,50 dolar AS yang terjadi pada 11 Juli lalu. Penurunan itu "luar biasa dalam ukuran dolar", kata Victor Shum dari perusahaan konsultan energi internasional Purvin and Gertz. Ia menambahkan bahwa sebuah penguatan dolar dan kekhawatiran tentang turunnya permintaan minyak di Amerika Serikat berada di belakang penurunan tajam harga minyak akhir-akhir ini. Selain itu, penguatan mata uang AS membuat minyak mentah yang dihargai dalam dolar menjadi lebih mahal bagi para pembeli yang memegang mata uang lemah, sehingga mendorong permintaan minyak menurun. (*)
Copyright © ANTARA 2008