Gaza City, (ANTARA News) - Pasukan keamanan Hamas Rabu malam membebaskan seorang kameraman yang bekerja pada televisi Jerman ARD, kata seorang wartawan AFP di sini Kamis. "Saya sangat senang akan bebas lagi," kata Sawah Abu Saif. ARD Rabu mengumumkan pihaknya menutup kantornya di Jalur Gaza sebagai protes atas penahanan juru kameranya. Saif, 42 tahun, adalah satu di antara belasan orang yang ditahan Sabtu, sehari setelah lima anggota senior kelompok militan Hamas dan seorang bocah perempuan tewas dalam suatu ledakan yang diduga dilakukan oleh kelompok gerakan Fatah, musuhnya. "Kami menutup kantor kami sebagai protes sampai kameraman kami dibebaskan," kata produser ARD di Israel dan wilayah Pakestina, Mohammad Abu Faneh kepada AFP. "Hamas menahannya karena dia diduga terlibat dalam ledakan. Dia ditahan pada tengah malam antara Jum`at dan Sabtu, dan tidak lagi bisa melakukan kontak dengannya sejak itu," katanya. "Dia tidak ada hubungannya dengan ledakan tersebut," kata Abu Faneh. "Kami menduga dia disiksa. Dua hari yang lalu kami dengar dia dipindahkan ke beberapa rumahsakit untuk perawatan kesehatan." Ledakan itu menelan banyak korban di kalangan kelompok tersebut sejak Hamas menguasai kendali keamanan di Jalur Gaza pada Juni 2007, setelah menyingkirkan pasukan yang loyal kepada Presiden Palestina, Mahmud Abbas, yang juga pimpinan Fatah. "Ini tak berperikemanusiaan dan kami serukan kepada Hamas agar segera membebaskan rekan kami," kata Kepala ARD Fritz Raff di dalam pernyataannya. "Semua tuduhan terhadap Sawah Abu Saif, menurut orang yang mengenal dan bekerja dengannya, sama sekali tidak benar." Persatuan Wartawan Asing di Israel dan wilayah Palestina juga menyerukan agar Saif segera dibebaskan. "Penahanannya tak bisa dibenarkan dan itu jelas mewakili pelanggaran terhadap kebebasan pers. Hal yang penting adalah penguasa Gaza agar menjelaskan di mana dia berada dan bagaimana keadaannya, dan dia harus segera dibebaskan tanpa ditunda," katanya dalam pernyataan yang dikeluarkan. (*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008