New York, (ANTARA News) - Harga minyak mengalami sebuah "rebound" yang kuat Rabu waktu setempat, atau Kamis pagi WIB, karena para pedagang kembali menyerbu (rush) pasar setelah stok bahan bakar minyak (BBM) AS secara tak terduga turun tajam. Sebagaimana dilaporkan AFP, kontrak utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman September, naik tajam 4,58 dolar AS menjadi ditutup pada 126,77 dolar AS per barrel, dalam sebuah pembalikan yang dramatis dari kecenderungan turun pada pekan-pekan terakhir. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman September "rally" 4,39 dolar AS per barrel menjadi mantap pada 127,10 dolar AS per barrel. Departemen Energi AS (DoE) mengatakan Rabu, bahwa cadangan bensin atau bahan bakar minyaknya menyusut 3,5 juta barrel dalam pekan yang berakhir 25 Juli 2008. Penurunan stok BBM tersebut mengejutkan para pedagang, karena pasar memperkirakan cadangan BBM untuk sepekan tersebut naik 400.000 barrel. DoE menambahkan bahwa cadangan minyak mentahnya juga turun 100.000 barrel. Ini adalah kali kedua pekan turun berturut-turut dan dibandingkan dengan konsensus para analis yang memperkirakan jatuh 1,25 juta barrel. Thierry Lefrancois, seorang analis dari Natixis, mengatakan "penurunan besar bensin berada di belakang langkah besar ini", para pedagang kecewa terhadap kecukupan pasokan BBM meski laporan menunjukkan sebuah penurunan dalam mengemudikan mobil di AS. Antoine Halff, analis dari Newedge Group menambahkan: "Pasar dikejutkan oleh penurunan stok bensin, yang memicu sebuah "rally" yang refleks. Halff mengatakan pasar mendatang menghadapi masa penurunan permintaan, tercermin dari penurunan konsumsi minyak AS 2,4 persen dalam empat pekan lalu. "Itu jelas bahwa konsumsi minyak sedang melambat" sebagai respon atas melemahnya kondisi ekonomi, kata dia. "Permintaan jauh di bawah rata-rata dalam lima tahun lalu." Harga minyak pada awal perdagangan Rabu sempat melemah di tengah kecenderungan turun dan berlanjutnya kekhawatiran pasar tentang melemahnya permintaan minyak di AS. Minyak mentah Brent masih sekitar 20 dolar AS di bawah rekor tertinggi 147,50 dolar AS yang tercapai pada 11 Juli. Penurunan itu adalah "hebat dalam ukuran dolar" kata Victor Shum dari perusahaan konsultan energi internasional Purvin and Gertz. Ia menambahkan bahwa sebuah penguatan dolar dan kekhawatiran tentang turunnya permintaan minyak di Amerika Serikat berada di belakang penurunan tajam harga minyak akhir-akhir ini. Sebuah penguatan mata uang AS membuat minyak mentah yang dihargakan dalam dolar menjadi lebih mahal bagi para pembeli yang memegang mata uang lemah, sehingga mendorong permintaan minyak menurun.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008