Jadi untuk menikmati suasana alam nan segar di Dermaga Tepian Mahligai, dijamin tidak membuat kantong pengunjung bolong

Kabupaten Kampar (ANTARA) - Bagi wisatawan yang sudah pernah berkunjung ke Dermaga Tepian Mahligai di Desa Pulau Gadang, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, tentu akan berniat untuk kembali mengunjungi objek wisata alam yang luar biasa mempesona itu.

Pesona Dermaga Tepian Mahligai bisa disebut bak "Romansa Bali" yang sangat memukau. Dilingkupi dengan pohon-pohon besar dan rindang, air sungai yang berwarna hijau terang dan dikelilingi pulau-pulau yang indah, serta dua buah air terjun yang bisa di lewati di sepanjang aliran danau, membuat setiap orang yang mengunjunginya berdecak kagum.

Untuk mengunjungi panorama alam yang masih perawan itu, pengunjung bisa menyewa sampan dengan tarif Rp250.000 untuk pulang pergi. Menurut salah seorang pemilik sampan, Parman (32), ada 10 orang yang bekerja menawarkan jasa untuk mengantarkan pengunjung di kawasan wisata itu. Satu sampan, kata dia, bisa memuat maksimal 15 orang.

"Kami mendapat tambahan pendapatan dari kegiatan mengantar penumpang yang ramai pada hari Sabtu dan Minggu. Pengunjung makin padat saat libur nasional, Idul Fitri dan tahun baru. Pendapatan yang diperoleh bisa mencapai jutaan rupiah/hari," kata Parma yang sehari-hari bekerja sebagai nelayan.

Sementara itu jarak tempuh lokasi wisata alam tersebut dari Kota Pekanbaru ke lokasi Dermaga Tepian Mahligai mencapai dua jam atau berjarak 90 km, dengan menempuh rute pertama harus ke Danau PLTA Koto Panjang. Setiba di PLTA Koto Panjang, akan melewati objek wisata Ulu Kasok, Puncak Kompe, dan objek wisata lainnya.

Selanjutnya melewati jembatan PLTA dan pemandangan danau makin mempesona saat bangkai besar pohon kayu yang cukup banyak terhampar di permukaan danau yang dulunya adalah pohon hidup yang ditenggelamkan oleh perusahaan saat membuat dam untuk waduk PLTA itu.

Setelah asyik melewati Danau PLTA tersebut serta Ulu Kasok dan Puncak Kompe, pengunjung akan bertemu dengan objek wisata Dermaga Tepian Mahligai yang ditandai dengan gapura objek wisata Dermaga Tepian Mahligai tersebut.

Saat memasuki jalan menuju Dermaga Tepian Mahligai akan terlihat air danau berwarna menjadi hijau terang dan merasakan udara di sekitar yang cukup sejuk. Perjalanan akan semakin mempesona ketika mata dimanjakan dengan taman bunga dan pepohonan rindang.

Semakin ke ujung Dermaga Tepian Mahligai, akan dijumpai pulau-pulau yang indah, yang cocok dijadikan tempat berkemah serta banyaknya tempat bermain anak dan tempat berswafoto dengan pemandangan yang indah.

Salah seorang pengunjung objek wisata Dermaga Tepian Mahligai asal Kampar, Tasya yang membawa rombongan wisatawan dari Kota Pekanbaru merasa bangga dapat mengenalkan wisata tersebut.

"Lokasinya sangat bagus, saya tak merasa ada di Kampar, di sebuah kampung di daerah PLTA Koto Panjang, tapi sudah merasa dimana gitu, macam objek wisata di luar sana, berada di sini semacam bak berada di Bali atau romansa Bali," katanya.

Ia menilai saat ini Kabupaten Kampar tidak kalah dengan Provinsi Sumatera Barat yang memiliki objek wisata yang banyak, sehingga masyarakat Riau tidak perlu lagi jauh-jauh ke provinsi tetangga untuk berlibur.

"Biasanya kami berlibur ke Sumatera Barat, tapi sekarang tidak perlu jauh-jauh mau liburan. Saya berharap ada perhatian dan bantuan dari pemerintah daerah untuk dapat mengembangkan objek wisata ini, terutama untuk akses menuju ke lokasi wisata yang nyaman dan aman bagi pengunjung," harap Tasya.

Pengunjung Bertambah

Saat ini Provinsi Riau menggencarkan gerakan pariwisata menjadi salah satu penghasil Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan tidak lagi bergantung pada hasil minyak bumi dan kelapa sawit.

Salah satu wisata yang unggulkan adalah Dermaga Tepian Mahligai yang terletak di Desa Pulau Gadang, Kecamatan XIII Koto Kampar. Objek wisata di sepanjang aliran Danau PT PLTA Koto Panjang biasanya dikunjungi sekitar 3.000 orang/hari.

"Bahkan tiap hari libur Sabtu atau Minggu jumlah wisatawan lokal dan nasional yang berkunjung ke objek wisata alam ini mencapai 9.000 orang," kata David Hendra, pengelola objek wisata Dermaga Tepian Mahligai itu.

Pihaknya telah menata objek wisata di PT PLTA Koto Panjang dengan beragam fasilitas mulai dari kursi santai, kolam renang di dalam danau, tempat kumpul-kumpul keluarga, jembatan terapung sekitar 100 meter, wahana untuk foto pranikah, gazebo untuk bersantai, hingga tempat berkemah dan bermain.

Menurut dia, pengunjung biasanya betah berlama-lama menikmati suasana alam di Tepian Mahligai sambil duduk dan makan bersama keluarga di atas tikar.

Pengunjung, kata dia, hanya dikenakan biaya tiket masuk Rp5.000/orang, dan tarif parkir Rp2.000/motor, dan Rp5.000/mobil untuk bisa masuk ke Dermaga Tepian Mahligai.

"Jadi untuk menikmati suasana alam nan segar di Dermaga Tepian Mahligai, dijamin tidak membuat kantong pengunjung bolong," kata David.

Ia mengatakan objek wisata alam tersebut dulunya hanyalah kebun karet yang berada di pinggiran danau dan tempat bongkar muat hasil perkebunan karet maupun hasil tangkapan ikan. Namun berkat bantuan dana CSR (tanggung jawab sosial perusahaan) PLN, lahan sekitar satu hektare itu di sulap menjadi objek wisata bak romansa di Bali, menurut penduduk lokal.

Lebih jauh David Hendra mengatakan Dermaga Tepian Mahligai di Kampar perlu terus dikembangkan untuk mendampingi objek wisata di Riau seperti Ulu Kasok, Puncak Kompe, dan Puncak Cabodak.

"Keberadaan objek wisata ini diyakini juga memiliki efek ganda terhadap meningkatkan perekonomian masyarakat di Kecamatan XIII Koto Kampar dan mendorong pertumbuhan UMKM di sekitar Desa Pulau Gadang, khususnya kuliner," katanya.

Sementara itu Ketua Sadar Wisata Kabupaten Kampar, Sarpawi, mengatakan anggotanya sudah melakukan renovasi untuk mempercantik objek wisata Dermaga Tepian Mahligai dengan bantuan dana CSR PLN.

"Kami berharap masyarakat dan pemuda di sini bisa terlibat dalam memajukan objek wisata di Kampung Gadang ini dan diharapkan pengelola objek wisata terkait dapat merekrut banyak tenaga kerja lokal untuk menekan pengangguran," katanya.

Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019