Solok (ANTARA News) - Gunung Api Talang di Kabupaten Solok, Provinsi Sumbar, kini menunjukkan aktivitas mikro, dampak dari gempa tektonik berkekuatan 5,6 skala Richter (SR) Senin (28/7) siang, pukul 14.10 WIB berlokasi pada 76 km Barat Daya Pariaman itu.Pengamat Gunung Api Talang di Pos Pengamatan Limau Purut Batu Bajanjang Bukit Sileh Kecamatan Lembang Jaya, Dalipa Marjusi, di Solok, Selasa, mengatakan, sebelum gempa, aktivitas Gunung Api Talang telah menunjukkan tendensi meningkat."Munculnya gempa Senin itu, peningkatan aktivitas mikro gunung makin bertambah. Namun, sejauh ini, secara keseluruhan belum menimbulkan dampak besar," katanya.Ia menjelaskan, pengaruh gempa jelas ada pada aktivitas Gunung Api Talang itu, tetapi bersifat temporer, fluktuatif dan tidak permanen.Sepanjang Senin (28/7) itu, katanya lagi, sejak subuh (dinihari) hingga sore sebelum terjadi gempa telah terjadi 4 kali gempa vulkanis. Tetapi, kekuatan guncangannya masih tergolong lemah. Peningkatan menguat hanya terjadi pada saat terjadi gempa 5,6 SR. "Atas kondisi tersebut, dia melarang masyarakat berada pada daerah dalam radius 2-3 km dari puncak gunung yang telah direkomendasikan sebelumnya," katanya. Artinya, katanya lagi, pelarangan itu belum dicabut sejak ditetapkan beberapa waktu ke depan sehingga kita tetap melarang warga berada pada radius 2-3 km dari puncak gunung, terkait status gunung "masih waspada?. Sementara itu, sebelumnya masyarakat Solok sempat panik ketika terjadi gempa berkekuatan 5,6 SR tersebut itu dan getaran justeru lebih dirasakan kuat di pusat Kabupaten Solok. Il warga Kayu Aro Nagari Batng Barus Kecamatan Gunung Talang misalnya, mengaku saat itu tengah berada di ruang usaha warung internet (warnet)nya. Ketika gempa 5,6 SR terjadi, dia bersama pelanggan warnetnya langsung berhamburan keluar menyelamatkan diri bersama warga lainnya di lingkungan setempat. Lain lagi pengalaman sejumlah guru SMPN 1 Gunung Talang. Mereka nyaris terjebak di lantai dua saat gempa 5,6 SR terjadi. Masih untung, fisik bangunan gedung sekolah tetap berdiri kokoh, sehingga para pendidik berhasil menyelamatkan diri berlarian ke lantai bawah, katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008