Pekanbaru (ANTARA News) - Pilkada di Riau yang akan diadakan pada September 2008 ini mengundang perkiraan bahwa akan banyak terjadi `golput` di masyarakat, terutama karena ketidakpercayaan masyarakat terhadap partai politik."Terdapat empat hal dasar yang harus diperhatikan oleh calon pemimpin rakyat, ataupun partai politik tersebut, yakni `sosiowil` orang atau keinginan dalam diri masyarakat yang harus dipetakan agar terarah. Kemudian sosial demand atau tuntutan apa sebenarnya yang diajukan masyarakat. Selanjutnya adalah sosial need yakni kebutuhan masyarakat, dan sosial expectation yang merupakan harapan masyarakat akan calon pemimpin mereka." kata pengamat politik yang juga Ketua Jurusan Sosiologi Unri Yose Rizal di Pekanbaru, Selasa.Partai politik dinilai tidak lagi bisa menjadi tempat penampungan aspirasi masyarakat, karena lebih menjadi ajang `pesta pora` yang tiada artinya.Kampanye dilakukan dengan berlebihan,seperti mengikuti kegiatan yang ramai akan masyarakat, serta berusaha mendatangi kalangan menengah keatas, untuk mendapatkan dukungan semata.Yose Rizal menyebutkan apabila keempat hal dasar diatas telah dipegang teguh oleh para calon pemimpin daerah maupun bangsa, maka para calon beserta partainya juga harus merealisasikan janji-janji yang telah dikumandangkan saat melakukan kampanye. Mengecewakan rakyat Bila dilihat dari kacamata sosiologis, partai politik sudah jauh sangat mengecewakan masyarakat, karena semaraknya hanya terdapat pada proses kampanye, namun setelah euforia itu maka semuanya selesai, Partai politik sudah tidak perduli lagi dengan kepentingan masyarakat. Sebagai contoh pada kasus masyarakat didaerah Siak kecil yang terlibat konflik lahan, tidak terdapat satu pun partai politik yang turun tangan. Partai politik diibaratkan hanya menjual segalanya tanpa merealisasikan ke depannya, semua janji yang telah diucapkannya. "Seperti program K2I Gubernur HM Rusli Zainal yang sama sekali belum tampak perwujudannya," katanya. Masyarakat meramaikan pilkada hanya karena tertarik pada bantuan atau segala pemberian yang ditawarkan partai politik tersebut, tanpa meyakini bahwa ini merupakan pilihan hatinya. Segala janji partai politik hanya menjual "janji kosong" kepada masyarakat. Terbukti aspirasi masyarakat tidak semua ditampung oleh seluruh partai politik yang terdapat di dalam anggota Dewan. Kekecewaan masyarakat sekarang telah bersifat infolutif, yakni semakin lama, semakin dalam. Jadi apabila digambarkan masyarakat tidak lagi perduli dengan partai politik ataupun calon yang diajukan, karena mereka sudah menganggap bahwa semua calon pemimpin tidak ada yang berkompeten. Berbagai macam cara dilakukan oleh partai politik, namun sedikit sekali yang nantinya dapat dirasakan dampaknya bagi masyarakat. Masyarakat harus bertindak lebih tegas, dengan benar-benar memberdayakan segala sesuatu yang ditawarkan partai politik tersebut saat masa kampanye, karena banyak sekali yang ditawarkan kepada masyarakat saat proses kampanye berlangsung. Biaya politik yang mahal juga menjadi kendala dalam kepercayaan masyarakat. Mahalnya biaya politik untuk bergabung dalam suatu partai politik tersebut mengakibatkan calon-calon yang berkompeten tidak jadi ikut serta dalam pilgub maupun pilpres nanti. "Kita akan kehilangan bibit-bibit unggul calon pemimpin karena kendala biaya politik yang diterapkan partai yang terlalu mahal, ditambah lagi, para pemimpin tersebut nantinya harus selalu menyalurkan dana kepada partai tempat ia bernaung," kata Yose Rizal. Hal ini memang sangat membawa kekecewaan yang besar bagi masyarakat. karena seorang calon pemimpin yang baik haruslah menjadi contoh bagi masyarakat dalam segala indikator, seperti pendidikan, ekonomi, kesehatan,dan juga sosial. Bukan hanya sebagai pemimpin yang tidak bermakna apa-apa bagi masyarakat, bagi saat sekarang, maupun dimasa depan.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008