Phnom Penh, (ANTARA News)- Perdana Menteri Kamboja Hun Sen, Selasa mengatakan ia tidak akan menarik pasukan dan artileri dari satu kuil yang dibangun 900 tahun lalu dan jadi sengketa di perbatasan Thailand itu sampai Bangkok mulai menarik tentaranya. "Itu adalah masalah kapan Thailand menarik pasukannya," kata Hun Sen, yang menang untuk masa jabatan lima tahun lagi setelah meraih kemenangan dalam pemilu akhir pekan lalu, kepada wartawan di Kemlu Phnom Penh. Para menlu kedua negara Asia tenggara itu, Senin sepakat untuk menyelesaikan pertikaian itu secara damai dan menarik militer yang digelar dua minggu di sekitar reruntuhan kuil Preah Vihear, yang pada tahun 1962 diputuskan Mahkamah Internasional di Den Haag sebagai milik Kamboja. Keputusan itu melukai perasaan rakyat Thailand sejak itu. Akan tetapi, kabinet Thailand, yang terganggu akibat keputusan-keputusan pengadilan terhadap beberapa menteri dan unjukrasa-unjukrasa di jalan-jalan untuk menyingkirkan pemerintah itu, mengeluarkan arahan-arahan baru kepada militer setelah satu pertemuan mingguan, Selasa. Panglima militer Anupong Paochinda mengemukakan kepada wartawan ia sedang menunggu satu perintah pemerintah untuk menarik pasukan setelah kedua pihak sepakat untuk "menarik" pasukan dari daerah yang disengketakan di satu lereng bukit berhutan yang merupakan perbatasan alam. "Apabila pemerintah mengatakan mundur, kami akan segera melakukannya," kata Anupong. Pertikaian itu bermula ketika para pemrotes anti pemerintah di Thailand mendapat dukungan Bangkok bagi usaha Kamboja untuk mendaftarkan kuil Preah Vihear sebagai Warisan Dunia, yang menggelorakan semangat nasionalis di Thailand. Perundingan selama 12 jam Senin di kota wisata Kamboja Siem Reap itu membantu meredakan kekuatiran terjadi huru hara yang bisa berkembang menjadi bentrokan militer penuh antara kedua negara, yang telah terlibat dalam pertikaian sejak 15 Juli. "Jika mereka mundur, kami juga akan melakukan hal itu," kata komandan militer Kamboja di lokasi itu Chea Mon kepada Reuters melalui telepon. "Ini adalah pagoda kami. Kami harus tidak bergerak jauh dari daerah ini." Tetapi jika mereka berhasil mencegah konflik langsung, kisah itu tidak mungkin habis segera karena kuil-kuil kuno itu adalah simbol-simbol paling kuat kebanggaan nasional di kedua negara itu. Pada tahun 2003, satu massa Kamboja membakar kedubes Thailand dan beberapa perusahaan Thailand di Phnom Penh setelah komentar-komentar seorang bintang opera sabun Thailand yang menyatakan kuil terkenal Kamboja Angkor Wat sebenarnya milik Thailand. (*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008